Aku masih bergidik melihat jenazah Budhe Sastro yang baru saja kami kafani. Mbak Tum langsung mencarii kain jarik dan menutupi jenazah Budhe Sastro agar tidaķ menarik perhatian karena bagian bawah kain kafan itu cukup pendek. Kemudian Bu RT membuka pintu dan memberitahu bahwa jenazah Budhe Sastro sudah siap dimakamkan.
Aku, Bu Sas dan Bu RT menemani Mbak Tum di dapur untuk membuat kopi dan cemilan untuk baPak-baPak yang membantu. Ibu-ibu yang lain pun segera membantu memasak dan mencuci piring. Dapur hening ketika kami bekerja. Suasana memang agak berbeda. Apalagi dengan Mbak Tum yang seperti menghindari semua orang secara langsung. Mungkin dia sedih.
Setelah semua selesai, Mbak Tum menghampiriku.
"Bu Nur aku mau bicara," katanya pelan agar tidak menarik perhatian orang lain.
Aku mengangguk. Mbak Tum mengajak masuk ke salah satu kamar di rumah Budhe Sastro. Bulu kudukku langsung meremang. Kamar yang remang-remang ini membuatku takut.
"Bu Nur, tadi sebelum meninggal budhe bilang sama saya untuk membuka kotak kecil di kamarnya ini," kata Mbak Tum.
Aku menelan ludah.
"Kotak apa, Tum?" Bisikku.
"Nggak tahu, Bu," jawabnya lagi.
Kami duduk berhadap-hadapan dengan kikuk dan bingung mau apa.
"Terus kenapa kamu mengajakku melihat kotak itu, Tum? Apa tidak apa-apa?"
Mbak Tum menggeleng.
"Saya takut kalau kotak itu berisi uang atau perhiasan, Bu. Makanya saya minta Bu Nur menemani saya," jawab Mbak Tum.
"Saya panggil Bu RT juga, ya, Mbak biar ada saksinya," kataku. Mbak Tum menganggukkan kepalanya.
Ketika aku memanggil Bu RT, aku melihat Bu Sas melirik sinis. Waktu itu tidak terlalu kupikirkan, yang penting cepat terselesaikan. Setelah Bu RT masuk, Mbak Tum sudah mengambil kotak kecil dari kayu berukir itu. Kami mengelilingi kotak kayu itu.
"Kapan budhe Sastro bilang kamu suruh buka ini, Tum?" tanya Bu RT kebingungan.
"Tadi pagi, Bu."
"Budhe bilangnya gimana?"
"Hanya bilang kalau beliau meninggal saya diminta mengambil kotak kayu di dalam lemari bajunya dan membukanya," kata Mbak Tum.
"Terus?" Tanya Bu RT tidak sabar.
Mbak Tum terdiam.
"Budhe bilang nanti isi kotak kayu semuanya untuk saya," jawab Mbak Tum pelan.
Aku berpandangan dengan Bu RT dan saling mengangguk. Budhe Sastro memang tidak memiliki anak, suaminya sudah lama meninggal. Sepertinya tidak ada yang tahu keluarganya yang lain. Maka tidak heran, kalau peninggalannya akan diberikan kepada Mbak Tum.