PERHIASAN TERKUTUK

Endah Wahyuningtyas
Chapter #5

bagian 5 : saraswati

Suasana masjid begitu ramai. Padahal Ustadz Irfan baru saja membacakan Al Fatihah. Aku bangkit terburu-buru membantu salah satu pasien ruqyah yang pingsan. Wanita bertubuh besar, berwajah cantik itu terlihat pias. Keringat bercucuran di pipinya. Napasnya terengah-engah. Dia telah membuka matanya, pandangannya kosong. Tiba-tiba dia berteriak.

"Jangan, Budhe! Jangan, Budhe! Saya minta maaf, Budhe!" teriak wanita itu. Matanya dipejamkan kuat-kuat. Wajahnya menyiratkan ketakutan.

"Istighfar, Bu. Istighfar," bisikku ditelinganya. Wanita itu seperti tidak mendengarku. Matanya berulang kali ditutup rapat-rapat. Seakan ada penampakan yang tidak ingin dilihatnya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras.

"Tidak, Budhe. Bukan aku yang ambil kalung budhe, bukan aku!" teriak wanita itu lagi.

Wanita itu pingsan lagi. Napasnya semakin terengah-engah. Kami terus membacakan ayat-ayat ruqyah di sampingnya. Kondisinya lemah sekali. Napasnya mulai putus-putus. Tiba-tiba jilbabku ditarik dengan keras dari belakang. Aku jatuh terjungkal.

 

"Jangan ganggu dia, Saras! Jangan ganggu dia! Aku yang kalian cari!" Teriak wanita itu.

Segera setelah aku dilepaskan, aku segera bangkit dan merapikan jilbabku. Segera menoleh untuk melihat siapa yang menarik jilbabku. Wanita kurus itu berdiri di depanku. Matanya nyalang menatapku. Matanya merah. Wajahnya begitu marah. Dan yang paling kutakutkan adalah dia tahu namaku. Lilis dan Aina memelukku.

"Saras, kamu tidak apa-apa?" tanya mereka.

Aku menggeleng.

"Siapa dia? Kok dia tahu namaku?"

Kami bertiga berpandangan dengan jawaban yang sama : tidak tahu.

"Saras, aku tahu siapa kamu sebenarnya. Jangan berani-beraninya ikut campur urusanku!" seru wanita itu lagi. Napasnya terengah-engah.

Aku masuk ke dalam tim ruqyah Ustadz Irfan dua tahun yang lalu. Aku sudah terbiasa melihat seperti apa orang yang ada jin di dalamnya. Kurang lebih seperti wanita di depanku ini. Tubuh wanita kurus ini terlihat begitu kuat di depanku. Matanya terlihat kosong dan penuh kemarahan. Aku menghela napas panjang. Jantungku berdebar kencang. Kenapa dia bisa tahu namaku. Selama ini belum pernah ada jin yang tahu tentangku. Bulu kudukku meremang. Tiba-tiba wanita muda itu mendekatiku.

Dari dekat dia terlihat begitu memelas. Kulitnya memang hitam, tapi dia manis. Tapi begitu banyak kerutan di wajahnya, menunjukkan dia lebih tua daripada umurnya. Matanya yang mengancam sebenarnya terlihat lelah dan berduka.

Lihat selengkapnya