Peri Padi

Encep Nazori
Chapter #15

Senja Nan Syahdu di Rumah Sakit

Zafir, Rahma, dan Shinta sampai di rumah sakit. Rahma minta Zafir menunjukkan dimana tempat administrasinya untuk pelunasan tagihan yang harus dibayarkan. Sampai akhirnya Pembayaran pun lunas dan ibunya bisa langsung ditangani oleh dokter serta menjalani rawat inap. Shinta segera pamit untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Adapun Rahma masih mendampingi Zafir yang tampak masih kusut, apalagi tubuhnya masih memar dan perlu penanganan juga dari dokter. Rahma meyakinkan Zafir bahwa ia tidak perlu mengkhawatirkan tentang biaya yang harus ditanggungnya selama ibunya sakit hingga sembuh. Kini hatinya mulai sejuk karena terpaan angin surga yang datang dari sosok ayu jelmaan bidadari yang diutus Sang Penguasa Jagat Raya untuk menyejukkannya di tengah kegersangan jiwanya.  

Rahma dan Zafir duduk di lobi sambil menunggu informasi dari pihak rumah sakit. Keduanya terdiam beberapa saat. Belum ada yang mulai pembicaraan sama sekali. Entah karena kurangnya bahan pembicaraan atau mungkin karena segan untuk memulai. Sesekali keduanya saling tatap. Zafir yang cukup tampan dengan sikapnya yang santun menatap Rahma sambil menunduk karena keanggunan wajahnya dan sifatnya yang mulia sehingga membuat Zafir segan. Akan tetapi, Rahma di balik wajahnya yang ayu dan anggun itu, masih juga menambahkannya dengan ketenteraman yang mendarat di hati Zafir. Ya! Ia tersenyum manis menatap Zafir. Pandangan matanya yang tajam namun begitu teduh seolah memiliki daya magis yang menyedot seluruh energi yang dimilikinya hingga ia merasa benar-benar merasa lemas dibuatnya. Hatinya dag dig dug tidak karuan. Pompa jantungnya terasa makin cepat berdegup. Hal itu membuatnya salah tingkah dan mencoba menenangkan diri dengan mengusap ujung hidungnya dengan menggunakan ibu jari dan telunjuknya. Dan akhirnya ia mencoba memberanikan diri dengan memulai membuka obrolan;

“Mbak...”

“Mulai saat ini, mas panggil aku Rahma aja ya. Tapi kalau aku panggil mas, ya tetap mas Zafir karena aku lebih muda”, tersenyum manis.

“Ya, baik kalau begitu, ... R... R... Rahma”, gugup bukan main.

“Nah gitu dong mas, hi hi hi. Oh iya, kalau enggak salah, tadi siang aku sempat lihat mas shalat di masjid agung pinggir jalan itu ya, deket rumah sakit ini?”

Lihat selengkapnya