Seminggu telah berlalu sejak Ratih dirawat di rumah sakit. Kini ia sudah sehat seperti sedia kala. Zafir duduk di teras rumah dan teringat kembali tentang biaya yang telah sepenuhnya dibayarkan oleh Rahma. Ia harus mengembalikannya kepada Rahma entah bagaimana caranya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap ibunya. Tak lama kemudian datanglah sosok yang tak asing lagi di mata Zafir. Siapa lagi kalau bukan Rahma!
Zafir menajamkan kedua alisnya, seolah tak percaya siapa yang datang. Ia pastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi di pagi yang cerah itu dimana sinar matahari memang terasa hangat ditubuhnya. Setelah ia benar-benar sadar itu bukanlah mimpi, ia langsung menyapa;
“Rahma?”
“Iya mas, kenapa? Kaget? Hi hi hi....”
“Ya jujur kaget sih, gimana Rahma tau kalau aku tinggal di sini?”