Peri Padi

Encep Nazori
Chapter #17

Perpisahan di Saat Bahagia

Waktu yang dijanjikan pun tiba. Rahma sempat terkesima dengan seorang pemuda yang sedang berdiri di salah satu sudut masjid sambil melihat ke arah jalan raya. Postur tubuhnya yang tegap dan wajahnya yang tampan sempat membuat jantung Rahma berdegup lebih cepat dari biasanya. Ternyata Zafir jauh lebih tampan saat ia berpenampilan necis layaknya cowok-cowok berkelas pada umumnya. Ya! Ia benar-benar tampil layaknya sosok pemuda idaman. Tampan, religius, dan sngat berbakti kepada orang tuanya. Kini rasa tenteram juga mulai merambah dan singgah di hatinya Rahma. Rahma tersenyum menghampiri Zafir dari arah sampingnya;

“Mas Zafir ...” 

“Eh Rahma, aku pikir dari arah sana datangnya.”

“Aku dari tadi mas di sini sambil baca-baca buku. Enggak lama kemudian, saat aku liat ke arah sini ternyata ada mas Zafir di sini hi hi hi!”

Keduanya tertawa lepas. Pasangan muda-mudi itu giginya tampak jelas terlihat layaknya tayangan iklan pasta gigi. Akhirnya mereka memutuskan untuk menunaikan shalat ashar terlebih dahulu. Setelah shalat, mereka berdua langsung menuju mobil Rahma. Rahma mencoba menawarkan kalau Zafir yang membawa mobilnya;

“Maaf mas, apa mas bisa bawa mobil, tapi kalau enggak bisa gapapa kok, bukan ngremehin lhooo hi hi hi!”

“Hmm aku coba ya Rahma,” senyum.

Rahma menyerahkan kunci mobil kepada Zafir. Keduanya langsung masuk ke dalam mobil. Dengan tenang, Zafir mulai menghidupkan mesin mobil dan langsung menyetirnya dengan lancar. Rahma sejatinya tak menduga kalau Zafir bisa mengemudikan mobil karena mendengar dari alur hidupnya yang benar-benar penuh liku dan kecil kemungkinan kalau dia mampu menyetir mobil Namun kembali Rahma berpikir, bahwa ia bekerja di steam mobil, yang berarti pasti ada saatnya dia harus memarkirkan mobil. Kini Rahma yakin, bahwa ia pasti belajar di sana. Rahma melirik Zafir dengan senyumannya yang khas. Tanpa sengaja, Zafir melihat ke arah “rear-vision mirror” atau spion mobil yang ada di dalam bagian atas, tampak Rahma sedang tersenyum ke arahnya. Zafir pun tersenyum. Rahma baru ingat, ada rear-vision mirror saat Zafir melihat ke atas. Akhirnya keduanya melihat ke atas dan tampak wajah keduanya saling tersenyum, dan tak ayal lagi keduanya pun pecah dalam tawa!

Mobil sedan hitam itu mulai memasuki lahan parkir yang cukup luas di depan sebuah gedung mewah yang terletak di pinggir jalan raya. Gedung tersebut tak lain dan tak bukan melainkan gedung yang disewa untuk pernikahan. Tampak di depan halamannya ada taman indah yang luas berhiaskan lampu di beberapa sudut jalan setapak yang sudah dipasang conblock. Di bagian tengahnya ada sebuah kolam dengan air mancur yang memancar melengkung dengan begitu indah. Zafir memilih parkir di bagian ujung di bawah pohon yang cukup rindang. Banyak juga tamu undangan yang sudah datang dilihat dari makin padatnya mobil yang berbaris di lahan parkir. Zafir dan Rahma segera turun dari mobil, kemudian Rahma meminta Zafir berjalan beriringan dengannya. Hal itu lakukan agar Rahma lebih nyaman karena seluruh teman-teman Rahma sudah mempunyai calon pendamping pilihan mereka masing-masing.

Muda mudi itu mulai masuk taman tepat pesta pernikahan berlangsung. Rupanya banyak juga gadis yang melirik ke arah Zafir, tentu bukan karena tingkahnya yang aneh atau pakaiannya yang nyeleneh. Tapi karena pemuda berhidung mancung tahu bagaimana harusnya bersikap saat berjalan bersama Rahma dan bertemu dengan teman-temannya. Ia memang bukanlah orang berada seperti mereka, tapi sedari kecil memang dirinya sudah biasa tertempa kehidupan yang keras dan berliku, hingga keadaan itulah yang menggemblengnya dan membentuknya menjadi pribadi yang mawas diri dan beradab. Rahma dan Zafir mulai bersalaman dengan teman-temannya didampingi Zafir. Untunglah Zafir benar-benar sudah cukup matang dalam bergaul meskipun dengan orang yang baru dikenalnya. Ada beberapa temannya yang mulai bertanya-tanya kepadanya;

“Hai Rahma, apa kabar? Itu calon ya? Ganteng juga ya!”

“Ini sahabatku,” tersenyum.

Lihat selengkapnya