Kamar tidur Bos Besar terletak di puncak obelis dari Monumen Nasional, ruang sebelum banjir besar kedua, di mana wisatawan menikmati pemandangan 360 derajat kota Jakarta dengan teropong. Tiang obelis yang tinggi, dengan cawan yang lebar di bawahnya dan relikui api emas yang telah hilang menjadikannya dari kejauhan terlihat seperti lilin yang tidak lagi menyala.
Tentu saja, terjun dari ketinggian seperti itu niscaya membikin Bos Besar dan Lil Mama sudah remuk di permukaan cawan, dengan sendi-sendi tulang yang terpisah, rusuk-rusuk yang patah, batok kepala yang terkoyak, darah tumpah.
Penjahat tertentu tidak begitu saja mudah mati, seperti memiliki kearifan kecoak yang selalu selamat dari maut yang paling mustahil sekalipun. Setelah jatuh di atas cawan Monumen Nasional dengan posisi tubuh yang terpelintir, Lil Mama bangkit dengan tubuh yang gemetar dan kepala yang terkulai. Wanita itu mengembalikan setiap sendi yang terpisah ke tempatnya semula dan memandangi puncak Monumen Nasional dalam ketakjuban.
“Seharusnya aku sudah mati,” katanya, kagum kepada diri sendiri.
Dia melihat Bos Besar yang terbaring di lantai cawan, terbatuk dan mengeluarkan darah. Tuannya itu pun masih belum mati. Lil Mama membantunya untuk berdiri dan memapahnya. Kedua tungkai kaki Bos Besar terkulai dalam papahan Lil Mama. Ketua Wisanggeni88 itu coba menumpu tubuhnya dengan kedua kaki yang terlihat sudah tidak dapat berfungsi itu, goyah mencari pijakan. Pukulan-pukulan di kedua lutut berhasil membuat kedua kakinya berpijak dengan kokoh kembali. Bos Besar menggeleng-gelengkan kepalanya, memukul-mukul batoknya coba menghilangkan nyeri kepala yang hebat. Mereka bersyukur masih belum mati, berterima kasih kepada materi gelap.
Di hadapan mereka kawasan Monumen Nasional belum lagi digenangi air yang tinggi. Bahar masih merangkak perlahan untuk mencapai titik ketinggian sebagaimana sebelum surut. Mobil-mobil yang selama ini terendam air berserakan sejauh mata memandang. Bos Besar memiliki speedboat yang ditambatnya di salah satu sudut, di bawah cawan. Speedboat yang sesekali digunakannya menemukan manfaatnya di saat-saat seperti ini. Mereka pun berjalan menuju lokasi speedboat itu bersandar, menuruni tangga yang menempel di dinding cawan.
Auman Benggala terdengar dari bawah mereka. Makluk itu berjalan mondar-mandir mengintai kedua mangsanya yang berada di atas cawan. Sarai berada bersamanya. Lil Mamacoba mengalihkan perhatian mereka dengan menuruni tangga di sisi lain cawan, memberikan waktu kepada Bos Besar untuk melarikan diri.
Menghadapi Benggala, Lil Mama mengeluarkan dua pisau daging yang tersangkur di sarung di belakang pinggangnya, mengambil ancang-ancang untuk sebuah pertarungan terakhir. Benggala berjalan perlahan ke arahnya dengan seringai tajam yang siap mencabik tubuh Lil Mama menjadi dua bagian.