“Kau begitu tangguh,” kata Jak kepada Teddi Beruang yang berbaring di sebelahnya.
“Tidak juga,” kata Teddi Beruang. “Hanya tidak punya alasan untuk mati.”
Jak tertawa dan memandang wajah pria bertubuh besar itu. Teddi Beruang tersenyum
kemudian berpikir, tampak menyesali sesuatu yang tidak mungkin diperbaiki lagi.
“Maaf atas kematian gurumu,” katanya, kemudian menatap langit-langit aula panti jompo.
“Itu sudah lama sekali,” kata Jak. “Memang, aku membentuk tim pelacak takdir untuk menemukanmu. Kalau dipikir-pikir sekarang, balas dendam adalah alasan paling konyol untuk menjalankannya.”
“Jadi… kau… memaafkanku?”
“Setelah aku sadar kau tidak benar-benar berniat membunuhnya. Meskipun begitulah takdir menginginkannya.”
“Hmmm, kau banyak tahu mengenai takdir rupanya…” “Tentu saja tidak.”
Mereka terdiam beberapa saat.
“Untuk sementara,” kata Teddi Beruang, “aku belum sanggup berdiri.”
Jak tertawa. Teddi Beruang terkikik. Mereka pun terpejam hingga tertidur pulas.
Mereka baru bisa bangun dua puluh satu jam kemudian. Jak mendapatkan banyak perban di sekujur tubuhnya sementara Teddi Beruang tampak sehabis melakukan pekerjaan berat yang melelahkan.
Ayu, Ruh dan Tulus Marsha duduk di beranda panti jompo. Ayu sedang menyusui bayinya dengan seluruh perhatian tercurah kepadanya. Wanita yang baru saja menjadi seorang ibu itu memikirkan nama-nama. Sementara Ruh dan Tulus Marsha bergenggaman tangan, sekadar merasakan kehadiran satu sama lain tanpa memikirkan apapun. Keberadaan anak gadis itu sanggup menekan impuls panca-inderanya yang selama ini terlalu sensitif.
“Apa yang akan kalian lakukan setelah ini?” kata Tulus Marsha.
Ruh mengangkat bahunya. “Pekerjaanku kali ini sudah selesai sampai sini. Mungkin aku akan kembali ke gerbong Tangerang.”
Ayu memandangi bocah dan gadis kecil itu. Dia belum berhasil menemukan nama yang tepat di antara nama-nama yang dipikirkannya. Mungkin berdiskusi dengan Jak bisa membantunya menemukan sebuah nama. “Aku akan menanti Jak.”
“Ikutlah dengan kami,” kata Ruh kepada Tulus Marsha. “Kita bisa jadi tim yang kompak untuk membantu orang-orang menemukan takdirnya.”
Tulus Marsha hanya terdiam. Sesaat kemudian Jak dan Teddi Beruang keluar dari pintu utama.