Malam itu, langit di atas perbatasan Tharion dan Solara tampak gelap, dihiasi oleh kilatan cahaya dari pertempuran yang berlangsung jauh di horizon. Di antara bebatuan tajam dan tanah yang terkelupas, Alyx berdiri, tubuhnya terbungkus dalam pelindung hitam yang terbuat dari baja ringan. Di tangan kanannya, dia memegang pedang yang telah berlumuran darah, sisa-sisa pertempuran yang baru saja dia lewati. Meski begitu, pikirannya tidak benar-benar terfokus pada peperangan yang terus berkecamuk, tetapi pada sebuah perasaan yang semakin memburuk, sebuah perasaan bahwa ada sesuatu yang lebih besar, lebih jahat, yang sedang menunggu untuk terungkap.
Alyx, seorang prajurit terlatih dari Tharion, telah bertugas selama hampir sepuluh tahun. Dia tahu cara bertarung, cara bertahan hidup di medan perang. Tetapi meskipun segalanya tampak jelas perang adalah perang, dan musuh adalah musuh di dalam dirinya, ada ketidakpastian yang semakin mengganggu. Apa yang sebenarnya dipertaruhkan dalam konflik ini? Untuk siapa mereka bertarung? Apa yang akan terjadi jika perang ini berakhir?
Pikirannya terus melayang, namun tiba-tiba, suara gesekan halus terdengar dari arah kiri. Dia terkejut, menarik pedangnya dengan cepat, siap menghadapi ancaman apapun yang mendekat. Matanya tajam, mengawasi setiap pergerakan di sekelilingnya, namun yang dia temui bukanlah pasukan musuh. Seorang pria berdiri di antara kegelapan, mengenakan mantel hitam yang hampir tak terlihat dalam bayangan malam.
“Apa yang kau lakukan di sini?” seru Alyx, suaranya tegas, namun dengan ketegangan yang tak terhindarkan.
Pria itu tidak menjawab dengan kata-kata, sebaliknya, dia bergerak cepat, mengeluarkan pisau yang lebih ramping dari pedang Alyx, dan dalam sekejap sudah berada dalam jarak serangan. Alyx mengangkat pedangnya untuk menangkis, namun wanita itu begitu gesit. Gerakannya begitu halus, hampir seolah dia tidak berada di dunia yang sama dengan Alyx.
"Tunggu!" seru Alyx, berusaha mengendalikan situasi. "Siapa kau? Apa yang kau inginkan?"
Pria itu berhenti sejenak, mata mereka saling bertemu. Wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau kebingungan. Hanya ada ketegasan dalam tatapannya, seolah dia sudah sangat yakin dengan langkah-langkahnya. Dari aksennya, Alyx bisa menebak bahwa dia bukan orang dari Tharion.
"Saya... seorang mata-mata dari Solara," jawab pria itu, suaranya rendah namun jelas. "Dan saya tidak di sini untuk bertarung denganmu."