Ketika Nursal mengambil jurusan psikologi, kedua sahabatnya menjadikannya sebagai lelucon.
"Mana ada orang bisa kaya raya hanya dengan menjadi HRD? Harusnya kamu mengambil jurusan yang sama seperti kami."
Nursal tahu resiko dari pilihannya. Dibandingkan kedua temannya yang mengambil jurusan ekonomi, tentu keputusannya terlihat kurang menjanjikan. Dia bukannya tidak mau mengambil jurusan yang sama. Dia hanya ingin mempelajari apa yang menurutnya menarik.
"Jadi, kamu menganggap pilihan kami membosankan?" tanya Ray sambil mengaduk kopi Kapal Napi. Ray seorang pemalas yang praktis. Daripada kembali ke dapur, dia lebih memilih melipat-lipat bungkus kopi sachetnya untuk menggantikan fungsi sendok. "Aku tidak habis pikir dengan apa yang ada di kepalamu."
Damar ikut tersenyum sebagai bentuk dukungannya terhadap Ray. Tidak ada pilihan lain bagi Nursal selain diam. Dia tahu pembalasan yang terbaik akan dibawa oleh sang waktu.
Waktu itu pula yang membawanya lima tahun kemudian berada di dalam posisi yang berbeda. Benar-benar bagaikan langit dan bumi.