Perjalanan Cahaya

Kim Hakimi
Chapter #3

Chapter #3

Minggu itu kontrakan mereka jadi pusat perhatian se-kelurahan. Ada sebuah mobil sport keluaran terbaru dengan warna kuning yang lebih terang daripada buah lemon dan motor gedhe keluaran eropa—yang kalau digeber suara knalpotnya bisa membuat Nyi Roro Kidul terbangun dari mimpinya—terpampang dengan penuh gaya di depan rumah kontrakan yang sebenarnya sudah agak miring setelah digoyang gempa tahun 2006.

“Dukunnya orang mana? Boleh donk bapak diberi tahu alamatnya,” rajuk pemilik kontrakan yang nyaris tidak percaya ketiga penyewanya yang miskin naik kasta.

Mahasiswi-mahasiswi akademi keperawatan yang biasanya enggan lewat karena takut dengan tatapan genit ala om-om milik Nursal pun mulai rajin bergentayangan di depan rumah. Terkadang mereka sengaja meninggikan nada bicara agar si pemilik motor dan mobil keren itu lekas keluar dengan kolor dan singlet kotornya.

“Bagaimana? Sudah terlihat seperti manajer sungguhan kan?”

Ray jijik jika dia harus memberikan pendapat tentang penampilan laki-laki lain meskipun kepada sahabatnya sendiri. Lagi pula dia tahu yang dibutuhkan oleh Nursal bukanlah sebuah jawaban melainkan pengakuan. Mau pakai sepeda onthel atau naik becak sekalipun, manajer ya manajer. Tidak ada pengakuan tambahan hanya karena orang itu menggunakan mobil. Tetapi Ray terlalu malas untuk membuat keributan apalagi setelah dia harus terpaksa menumpang Nursal karena motornya tiba-tiba rusak. Moodnya sedang tidak baik.

“Yeah. Kamu sangat manajer sekali hari ini.” Nasi, telur, kecap, dan air kopi bergejolak dan berunjuk rasa di dalam perutnya.

“Tidak terburu-buru kan?”

“Kenapa harus takut terlambat kalau aku sedang membonceng manajer HRD-ku sendiri.”

Nursal mudah luluh jika dipuji. Digebernya mobil kencang-kencang ke arah utara. Melewati perempatan Kentungan yang selalu sibuk. Terus berjalan lurus hingga suhu udara mulai turun lalu belok ke arah barat masuk ke kawasan kuliner yang padat dan perumahan elit. Sejak sepuluh menit yang lalu Ray sudah bisa menduga ke mana tujuannya.

“Sudah janjian atau hanya ingin pamer?”

“Tidak keduanya. Aku hanya ingin menunjukkan kepadamu bahwa mengendarai mobil keren akan meningkatkan peluang kesuksesanmu bahkan dalam urusan asmara,” ujar Nursal. “Lihat, kapan lagi kita diizinkan masuk ke sini jika tidak mengendarai mobil sport.”

Penjaga portal turun dan memberi hormat ala militer kepada Nursal yang menurunkan kacanya separuh. Mobil masuk dan melambat di depan sebuah rumah mewah berarsitektur modern dengan warna cat natural yang pagarnya dipenuhi dengan tumbuhan rambat berwarna hijau segar. Terakhir mereka masuk ke rumah ini adalah tiga tahun yang lalu saat mengerjakan tugas kelompok. Nursal tentu saja ikut demi mendapatkan makan enak.

Lihat selengkapnya