Perjalanan Cahaya

Kim Hakimi
Chapter #5

Chapter #5

Seusai sholat ied, biasanya seluruh warga akan berkumpul di masjid untuk saling berjabat tangan dan bertukar air mata. Lalu diilanjut dnegan merapalkan ucapan maaf yang kalimatnya itu-itu saja. Namun, pagi itu mereka memiliki kesibukan lain. Mencari Nursal.

Anak itu entah bagaimana ceritanya tidak nampak batang hidungnya lagi sejak kemarin. Kedua orang tuanya pun tidak tahu ke mana rimbanya.

"Dia pamit setelah subuh tanpa bercerita akan ke mana, yang jelas dia pergi bersama salah satu remaja masjid." kata mereka.

Setelah beberapa hari terakhir ditunjuk untuk menjadi imam sholat lima waktu–yang dianggap berhasil–maka kali ini tawaran untuk memimpin sholat ied berikut dengan kutbahnya menjadi tantangan baru bagi Nursal.

Sedikit demi sedikit, Nursal sedang mendaki tangga popularitasnya di kampung. Keberhasilan dunia–yang diukur dari mobilnya–akan menjadi sempurna jika diikuti dengan kesuksesan akhirat. Oleh karena itu, wajar rasanya para sesepuh menaruh banyak harapan padanya.

"Orang-orang tua itu semakin ngawur saja. Menjadi imam sholat di masjid aku masih bisa melakukannya, berkutbah di hari raya tentu perkara yang berbeda." Nursal yang sebenarnya bukan perokok berat, kali itu telah menghabiskan tiga batang tanpa jeda. "Mereka pikir aku ini alim ulama."

"Bagiku, kamu lebih mirip ustad-ustad yang lagi viral di yutub. Tidak jenggotan, muda, dan bergaya necis," ledek Ray.

"Jangkrik!" Nursal meraih botol di depannya lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. "Demi kejayaan di masa muda!"

"Demi dendam yang sebentar lagi akan kutuntaskan!" sahut Damar.

"Demi Jayadi, Srimulat, dan tiket umroh untuk orang tuaku."

Lihat selengkapnya