“Waktu seolah berhenti berputar, dunia seakan kosong. Hanya deru napas yang masih terasa.” ~ Naya
Mata Naya menatap nanar secarik kertas yang berada di tangannya, Naya memejamkan matanya sejenak mencoba untuk menenangkan dirinya bahwa ini hanyalah mimpi. Sekuat tenaga Naya berusaha untuk menepis semua hal yang sedang berkelibet dalam pikirannya.
Naya mencari ponselnya dan langsung menghubungi Zidan, berulang ulang kali Naya mencoba untuk menghubungi Zidan namun hasilnya tetap sama, nomor Zidan tidak aktif. Naya terduduk lemas di atas kursi sambil menatap ke arah jendela.
Tok.. tok.. tok..
“Nay, Naya gue buka pintunya ya.” Ujar Wina dan langsung membuka pintu dan memeluk Naya dari belakang. Wina merasa aneh karena Naya tak merespon, sontak Wina terkejut mendengar isakan kecil.
Wina buru buru memutar kursi dan mendapati Naya tengah menangis “Nay, lo kenapa?” tanya Wina bingung dengan tingkah Naya. Naya pun menyerahkan ssecarik kertas kepada Wina, Wina membaca dengan seksama lalu meremas kertas tersebut dan dengan penuh emosi Ia bangkit meraih ponselnya yang berada dalam saku dan langsung menghubungi nomor Zidan.
Naya menggeleng pelan sambil meraih tangan Wina “Nomornya Zidan nggak aktif Win,” airmata Naya terus saja mengalir deras, Naya pun bangkit dan mengusap airmatanya.
Naya berjalan keluar dan langsung dicegat oleh Wina “Lo mau kemana?”