Rumah Sakit Harapan
Pak Abu Bakar, Ibu Fatimah serta kedua orangtua dari Zidan pun sedang menunggu dengan hati yang tak karuan, Ibu Sari meneteskan airmatanya dalam diam, Ia tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Zidan.
Ibu Fatimah menggenggam erat tangan Ibu Sari kemudian tersenyum pilu.
“Maaf Bu, saya benar benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Zidan.” Ucap Ibu Sari dengan suara bergetar menatap nanar Ibu Fatimah.
Ibu Fatimah menggeleng pelan kemudian menghela napas “Saya juga nggak tahu mau ngomong apa Bu, tapi yang jelas mungkin Zidan punya alasan tersendiri.” Ibu Fatimah meneteskan airmatanya. Kedua Ibu yang tengah merasakan pilu itu pun berpelukan menuangkan rasa kecewa, marah dan kesal dalam luapan airmata.
Sementara sang suami yang tengah menyaksikan istri mereka tengah bersedih akhirnya pun undur diri dengan berjalan mencari udara segar. Wina dan juga Indi serta Keket lebih memilih untuk melihat keadaan Naya yang masih belum sadarkan diri.
“Gue nggak habis pikir kalau Zidan bisa seperti ini.” Ungkap Keket yang merupakan Kakak dari Naya. Wina dan juga Indi pun ikut menggeleng setuju dengan ucapan Keket.
“Kenapa bisa ya Zidan tiba tiba menghilang bagai ditelan bumi, kira kira apa yang dia pikirkan?” tanya Indi yang masih tak percaya.
Wina menggeleng pelan dan menatap Naya sedih.
“Oh iya Ka, gimana dengan tamu undangannya? Siapa yang mengatasi keadaan disana?” tanya Wina kepada Keket.
“Pak Salim sudah menjelaskan kepada tamu tamu dan pastinya semua tidak menyangka bahwa kejadian seperti ini akan menimpa Naya, memang sangat disesalkan sih, ini sih namanya bagai diterjang Tsunami.” Ujar Keket mendekati ranjang Naya.
“Benar banget Ka, kenapa semua ini bisa terjadi sama Naya?” Indi pun menatap Naya sedih.
Tiba tiba pintu ruangan Melati dibuka perlahan, nampak sosok kedua orangtua Naya dan juga Zidan serta Pak Salim dan juga beberapa keluarga dari kedua belah pihak memasuki ruangan Naya. Keket, Indi serta Wina pun beranjak dari ranjang Naya dan mendekati keluarga yang tengah berkumpul di ruangan tersebut.
“Pak Salim gimana? Udah ada kabar dari Zidan?” tanya Keket berharap cemas.
Pak Salim menggeleng pelan “Nggak ada, dari tadi saya hubungi nomornya pun tetap tidak aktif, saya sudah bertanya kepada sebagian teman temannya pun hasilnya nihil. Nggak ada yang tahu keberadaan Zidan.” Terang Pak Salim yang terlihat sama kecewanya dengan Keket dan lainnya.
“Apa ada gelagat yang aneh dari Zidan?” tanya Pak Abu Bakar mencari tahu.