“Aku harus melangkah, walau hanya satu langkah.” ~ Naya.
Satu minggu lamanya Naya berada di Rumah Sakit, walau sebenarnya Naya hanya mengalami syok tetapi Naya butuh waktu. Naya terus saja berpikir akan apa yang harus Ia lakukan kedepannya. Setidaknya Ia harus bangkit dan melangkah.
“Hei, bengong aja lo.” Sapa Indi serta Wina yang datang bersamaan.
Naya hanya membalas dengan senyuman tanpa mengucapkan sepatah kata.
“Nay, mau sampai kapan lo nggak mau ngomong? Mau sampai seribu tahun?” tanya Wina yang sudah merasa putus asa melihat tingkah Naya dari hari ke hari tak ada perubahan.
“Iya Nay, kalau kamu butuh sesuatu atau sandaran aku sama Wina siap memberikan segalanya untuk kamu.” Goda Indi sambil melebarkan kedua tangannya.
Naya kembali tersenyum “Aku sudah memutuskan,” Naya memberi jeda sambil menarik napas “Aku mau resign dan pengin istirahat total.” Lanjut Naya yang membuat Wina serta Indi membelalakkan kedua bola matanya seakan tak percaya dengan ucapan Naya.
Wina menarik napas kemudian mengembuskannya “Nay, lo nggak serius kan?” Wina menatap wajah Naya lekat.
Naya tersenyum sambil mengangguk pelan “Sejak kapan gue nggak serius? Udah gue pikirkan matang matang.”
“Terus nanti lo mau ngapain kalau nggak kerja?” selidik Indi yang tak mengerti dengan jalan pikiran Naya.
“Ya gue mau cari kerjaan lain lah.”
“Tahu nggak cari kerjaan sekarang itu susah Nay.” Wina menimpali dengan gelengan kepala.
“Kalau cari kerjaan susah ya gue buat kerjaan lah.”
“Memangnya lo mau kerja apa Nay?” tanya Indi dengan wajah penasaran.
“Nggak tahu.”
Wina dan juga Indi serempak menepuk jidatnya “Kalau nggak tahu mau kerja apa ngapain lo ngundurin diri.” Ujar Wina setengah kesal dengan sang sahabat.
“Ya udah kalau begitu gue pengin istirahat.” Ujar Naya mengalihkan pandangannya ke arah jendela.
Wina dan juga Indi seakan mengerti akan apa yang menjadi alasan kenapa Naya memutuskan untuk resign dari kerjaannya saat ini.
Indi melirik Wina memberi kode agar mencari topik pembahasan baru. “Iya gue setuju banget kalau emang butuh istirahat, masalah kerjaan gak usah mikir dulu. Banyak kok pekerjaan. Siapa sih yang gak mau mempekerjakan Dokter kayak lo.” Wina mencoba menghibur Naya.