“Kamu dan aku bagaikan magnet yang tak akan pernah terpisah.”
Hari yang sangat dinantikan oleh Naya akhirnya tiba, Pak Abu Bakar meminta semua keluarganya untuk berkumpul guna membahas mengenai keputusan Naya untuk membuka sebuah Biro Jodoh.
Kediaman Pak Abu Bakar pun terasa ramai akan kedatangan keluarga, Naya pun tersenyum dengan kembali berkumpulnya semua keluarganya. Setelah makan malam pun Pak Abu Bakar selaku yang tertua di keluarga pun memulai pembicaraan mengenai Naya.
Pak Bakri yang tak lain adalah adik Pak Abu pun mempertanyakan keseriusan Naya akan Biro Jodoh yang akan menjadi langkah awalnya.
“Kamu sudah pikir matang matang tentang ini Nay?”
Naya mengangguk pelan “Sudah Om, Naya berharap semuanya mendukung keputusan Naya.”
Pak Bakri pun mengangguk memberi tanda bahwa dirinya setuju “Kalau itu sudah menjadi keputusanmu kami semua selalu mendoakan yang terbaik dan akan selalu mendukungmu Nay.”
Mendengar ucapan yang begitu menggelitik hatinya, Naya pun menitikkan airmatanya “Naya sangat berterima kasih untuk semuanya, terima kasih karena sudah mendukung Naya, bersyukur rasanya berada di tengah tengah keluarga yang selalu mendukung Naya.”
Ibu Ira pun menghampiri Naya “Sayang, sudah seharusnya kita sebagai keluarga mendukung apa yang menjadi pilihan serta kemauan kamu selama itu baik.”
Semua keluarga pun tersenyum dan kembali membahas tentang bagaimana kelanjutan dari usaha Naya, Naya pun menjelaskan secara singkat dan semuanya paham.
Dari pihak Pak Abu, Ibu Ira serta Pak Bakri yang akan menjadi investor sedangkan dari pihak Ibu Fatimah, kedua kakak Ibu Fatimah pun turut memberikan dukungan berupa sebuah bangunan yang akan menjadi tempat didirikannya Biro Jodoh.
Senyum Naya kembali menghiasi wajahnya, Indi yang terlihat sibuk pun ikut bahagia dengan hasil yang sangat luar biasa.
***
“Indi, lo gimana? Jadi nggak nih kerja bareng gue?” tanya Naya setelah mereka berada di meja makan.
Indi terlihat berpikir “Terus gimana dong sama kerjaan gue yang sekarang?” tanya Indi setelah menyesap teh hangat.
“Gue nggak maksa sih, tapi lo pikirkan dulu deh, nanti gue tanya Wina, oh iya setelah makan kita ketemuan di tempat biasa ya.” Ujar Naya dan berlalu meninggalkan Indi yang sedang sarapan di rumah Naya.
Satu jam kemudian ketiganya pun kembali berkumpul di tempat biasa. Wina sudah terlebih dahulu memesan karena dirinya yang datang terlebih dahulu.
“Kayaknya ada kabar baik nih.” Ucap Wina menyambut kedatangan Naya serta Indi.
Indi mengerlingkan matanya dengan gaya nakalnya danlangsung mendapat sambutan hangat berupa cubitan kecil di lengannya “Sakit Nay,” gerutu Indi mengusap lengannya pelan.
“Semua keluarga gue udah setuju dan Om gue mau menjadi investor serta Ma’ci gue juga meminjamkan bangunan untuk menjadikan kantor sementara.” Terang Naya sambil menatap kedua sahabatnya.