* Istri selingkuh,istri binal, cerita porno,cerita sex,novel dewasa. *
☆ KESETIAAN DAN NAFSU
Suara ayam jantan yang berkokok membuat Haida terbangun dari tidurnya, cahaya matahari menerobos masuk ke bilik kamar Rizal dari sela-sela anyaman bambu. Udara dingin membuat Haida malas untuk turun dari bangku tempat dia tidur. Tubuhnya terasa lelah, pertarungan birahi semalam dengan Rizal menguras tenaganya. Dia yang mengajari Rizal tentang hubungan sexual antara pria dengan wanita, sekarang dia yang diajari Rizal tentang bagaimana menerima perlakuan liar dari seorang pria yang merindukan tubuh wanita.
Rizal yang awalnya seperti kucing lucu yang harus diajari cara berburu, sekarang seperti harimau besar. Dia liar saat memasuki tubuh Haida, membuat tubuh Haida seperti permainan. Hanya karena malam hari itu banyak anak buah Rizal di kamp itu, yang membuat Haida tidak bisa memgekspresikan gairahnya dengan mendesah dan melolong karena orgasme. Hanya suara kecipak lendir di Miss-V miliknya.
Haida tersenyum, mengingat apa yang dilakukan Rizal tadi malam, tubuhnya disiksa Rizal dengan orgasme yang tidak berhenti. Tidak ada kesempatan beristirahat dan perasaan kasihan dari Rizal untuknya. Dia memacu tubuh Haida seperti memaksa kuda tunggangannya berlari cepat.
Rizal benar-benar mengikuti permintaan Haida. Dia menganggap permintaan itu bagian dari keinginan sex Haida sepanjang waktu, sehingga dia berusaha membuat ritme persetubuhannya terus dalam tempo cepat dan keras.
Rizal sudah melupakan 'Haida' yang polos dan lugu, yang harus dia jaga fisiknya dan hatinya. Dia melihat Haida sekarang adalah perempuan yang harus dipuaskan nafsu birahinya, sepanjang waktu dan tidak perlu di berikan belas kasihan.
Lenguhan, desahan dan ekspresi wajah dengan sorot mata redup hanyalah penampilan luarnya, tapi dibalik itu Haida ingin diperlakukan dengan kasar dan keras untuk memuaskan gairah dirinya. Sebuah keinginan perempuan yang menjadi impian para pria yang sudah mengenal sex. Desahan, lenguhan dan gestur tubuhnya selalu membuat suasana menjadi erotis.
Haida turun dari bangku tempat dia tidur, tubuhnya lengket karena keringat dan sperma yang mengering. Jarinya meraba bagian tubuhnya yang paling sensitif. Masih ada sisa air mani Rizal disana, mengalir keluar ketika jarinya bermain disana.
Ada hal lucu saat pergulatan mereka berakhir, Rizal takut kalau Haida hamil karena spermanya. Dia menyanggupi untuk merawat anaknya kalau Haida hamil karena dirinya.
Hahahahaha ..... Haida geli bila mengingat itu. Dia dan Steven belum ada keinginan untuk mempunyai keturunan, jadi Haida dan Steven sepakat untuk menggunakan injeksi kontrasepsi untuk menunda kehamilan. Mereka berdua sepakat untuk menikmati dan mempersiapkan dulu masa pernikahan ini sebelum mereka di repotkan dengan mengurus anak-anak.
Masuk akal juga seandainya Rizal khawatir bila Haida hamil, sperma yang dia pancarkan di dalam rahim Haida sangat banyak sekali. Haida ingat, Rizal di babak pertama pertarungan mereka, dia menancapkan sangat dalam hingga menyentuh rahimnya saat Rizal melepas orgasmenya. Waktu itu, Haida merasakan semburan hangat di perut bagian bawah. Ada tembakan dan kedutan didalam rahimnya disertai rasa hangat yang membawa dirinya dalam perasaan romantis.
Ah ... pria alim itu harus banyak di beri pelajaran tentang wanita supaya dia memahami sistem reproduksi dan tahu cara mencegah supaya wanita tidak hamil. Haida hanya khawatir, Rizal setelah dia tinggal untuk kembali ke Singapore nanti, jangan sampai dibohongi wanita yang nanti dia kenal. Walaupun hubungan antara Rizal dan dirinya tanpa status sama sekali, dia tidak ingin Rizal terjebak di pelukan wanita pembohong.
Pasti banyak wanita yang akan tergil-gila bila melihat penampilan Rizal. Tubuh yang tinggi dan berbadan kekar, ditunjang body atletis dan wajah tampan. Akan sangat mudah buat dirinya mendapatkan wanita dengan tipe apapun. Apalagi sekarang permainan sex Rizal yang liar dan brutal, akan disukai perempuan saat bersetubuh.
Pria yang sangat sempurna menurut pendapat Haida. Phallus yang keras seperti batang pohon, walau tidak terlalu besar dan panjang, tapi lebih besar dari standar asia.
Haida belum pernah menemukan phallus seperti milik Rizal. Milik Jhosua yang seperti monster, atau Ricardo, Damiun, Andre atau Jermain, walau mereka memiliki phallus super, tapi masih terasa lembut. Berbeda dengan milik Rizal, sangat keras. Apalagi saat masuk kedalam tenggorokannya, terasa seperti tongkat kayu yang menusuk.
Haida memakai kaos panjang yang terlempar di bangku. Dia ingin mandi. Badannya terasa sangat lengket dan tubuhnya sangat lelah. Dia berharap air sungai yang dingin bisa menghilangkan rasa capek dan lengket ini.
Pintu rumah dia buka dengan susah payah. Ah ...! Kenapa tidak dipasang engsel pintu supaya mudah di buka. Sangat berbeda jauh dengan rumah orang tua Rizal di Jawa. Rumah yang tergolong paling mewah di kampungnya. Benar-benar Rizal telah meninggalkan kehidupannya yang nyaman untuk melarikan diri dari kejaran polisi militer. Dia menggunakan kemampuan untuk bertahan hidup ditengah hutan yang dia dapat di pendidikan militer. Pria yang malang ......
Haida menikmati dinginnya air sungai yang mengalir jernih dari mata air diatas. Air yang masih bening dan segar karena belum terkena tanah gambut seperti air sungai yang di bawah. Kalau air sungai yang menjadi anak sungai Kapuas, akan berwarna hitam, walau airnya bisa di konsumsi. Kandungan Tannin dan Humus dari pembusukan materi organik di tanah gambut yang terjadi jutaan tahun yang lalu. Jadi sungai di sekitar kamp berwarna hitam bukan karena limbah atau pencemaran sungai.
Dan air yang mengalir di dekat kamp ini langsung dari mata air yang keluar dari bebatuan. Kemarin saat dia ditunjukkan sumber mata airnya oleh Rizal dan Emak, ada perasaan takjub dengan keajaiban alam ini. Baru pertama kali ini dia melihat air memancar keluat dari sela bebatuan. Air yang sangat jernih dan menyegarkan. Dia membandingkan air yang dia dapat di rumah mewahnya di Singapore, air hasil pengolahan air laut yang terpaksa di gunakan karena memang tidak ada air tanah yang bisa dimanfaatkan. Air dirumahnya tidak sesegar air di sini.
Haida membenahi peralatan mandinya. Hanya memakai kaos milik steven dia berjalan di kamp yang sangat sepi. Sepertinya semua orang sedang ke kebun, termasuk Rizal. Kesempatan Haida untuk memanjakan dirinya, selama perjalanan mendampingi Steven ini, dia tidak sempat berhias dan merawat tubuhnya.
Air sungai tadi selain menyegarkan badannya, juga membawa kesegaran di setiap inchi kulit tubuhnya. Pori-pori tubuhnya menjadi terasa lebih rapat dan melepaskan kotoran yang menempel di tubuhnya Ini membawa ide pada dirinya, air seperti ini bisa dijual untuk perawatan kulit tubuh di kliniknya. Ada hal baru yang bisa dia bawa pulang ke Singapore, untuk menunjang bisnis klinik kecantikan miliknya.
Haida memoles wajahnya agar terlihat segar dan cantik. Tidak lupa 'Skincare Bodyshammer' dia pakai untuk membuat tubuhnya menjadi indah dan mengkilap. Wajah dan tubuhnya sekarang menjadi lebih bersih dan putih setta licin seperti porselin
Dia kenakan anting panjang dan berkilau dari berlian imitasi yang dia beli saat di kota kemarin. Tapi akhirnya Haida kebingungan, tidak ada cermin disitu. Hanya cermin dari kotak tempat makeup yang kecil. Dia tidak puas untuk melihat penampilan dirinya dari cermin kecil. Dia ingat pada handphone miliknya. Sudah tiga hari dia tidak memegang handphone itu, Rizal telah membuatnya sibuk dan membuat dia tidak sempat untuk membuka handphone.
Haida meletakkan handphone yang sudah disetting agak jauh, dia berpose agar penampilannya dia bisa koreksi. Clap ...! Lampu blitz menyala. Dia membuka hasil pengambilan gambar pada kemera. Dia tersenyum, masih terlihat cantik dan sexy. Kaos sifon yang dia kenakan, menampakkan bayangan tubuhnya dan pakaian dalam yang dia kenakan.
Setelah menutup galerie pada aplikasi handphone, dia memeriksa handphone. Baterai aman ,masih 80%, hanya sinyal internet yang agak payah. Tapi sepertinya dia masih tersambung secara online. Dia buka notifikasi di handphone, ada banya sekali. Semua dari staff di kliniknya, tentang laporan keuangan dan laporan tentang klien. Ada yang menghubungi secara private, tapi sengaja dia tidak membukanya. Ada satu pesan dari Steven, jam empat pagi. Haida buru-buru membukanya, 'Hai sayang, sedang asyik bulan madu ya? Nanti siang ada yang ingin aku bicarakan. Nanti siang aku telepon."
Haida tersenyum gembira, berarti tidak ada masalah di jalan. Semoga selamat sampai di kamp.
Haida berjalan keluar dari rumah bambu, dia ingin menikmati udara segar di halaman. Tiba-tiba terdengar suara dari gudang ... BRUK! ... Dia terperanjat karena kaget. Dari pintu gudang keluar Rizal dengan badan penuh tanah dan keringat.
"Suara apa itu Kak?"
"Ooh ... Tadi aku bawa singkong dari hasil kebun. Kebetulan ada yang sudah bisa dipanen."
Rizal terpana melihat penampilan Haida. Matanya tidak dia lepaskan dari tubuh Haida. Begitu pula Haida, dia seperti terpaku melihat tubuh berotot yang berkilau karena keringat, getaran aneh itu datang lagi. Dan gairah itu memberikan reaksi pada bagian senaitif miliknya.
"Kamu cantik sekali, Ida ..." Rizal memuji dengan tanpa mengedipkan matanya. Seakan tubuh indah didepannya seperti mimpi yang akan pergi saat dia mengedipkan matanya.
Rizal tersadar, kalau badannya sangat kotor dan dia dari tadi pagi belum mandi, masih ada bau harum keringat Haida di tubuhnya.
"Aku mandi dulu, Ida .."
Rizal mengambil sabun mandi batangan yang dia letakkan di atas tiang penyangga rumah. Dia berjalan dengan setengah berlari menuju sungai.
Haida yang masih terpana dengan pemandangan tubuh kekar yang berkilat karena keringat tadi, dada yang bidang dan perut yang sixpack. Tipe tubuh pria yang selalu menggetarkan hatinya, tadi dia hanya beberapa langkah dari pria dengan tipe tubuh favoritnya. Sorot matanya nanar, masih tidak ingin melepaskan pandangannya.
Dia merasakan gairah ditubuhnya meledak-ledak. Bagian tubuhnya tiba-tiba basah dan gatal. Dia tidak tahu mengapa tubuhnya bisa bereaksi seperti itu. Setiap melihat pria dengan bertelanjang dada, dia selalu merasakan detak jantungnya semakin cepat, denyutan aneh di miss-V miliknya. Reaksi yang sama seperti yang dia rasakan saat meminum juice dari Miss Ani dan wine yang di berikan di pesta swinger di Villa Maldini.
"Aaah ... tubuh yang kekar. Kamu tadi seharunya tidak usah mandi, Kak Rizal. Aku suka aroma tubuhmu."
Bibir Haida terlihat berbicara dengan dirinya sendiri. Perasaan aneh itu semakin menghujam dalam hatinya. Dia tidak sadar tangannya mengusap miss-V miliknya dari luar. Ada noda basah yang terlihat dari kaos sifon yang tipis itu, saat jarinya lepas dari bagian tubuh yang dia raba tadi.
Haida masuk kedalam rumah, dia berusaha meredakan gejolak birahinya. Dia ingat, siang ini Steven akan menelepon dirinya. Tentu ada hal penting yang ingin Steven sampaikan kepadanya.
Di handphone miliknya tidak terlihat notifikasi, artinya belum ada panggilan dari Steven. Dia harus mempersiapkan handphone miliknya, karena di kamp ini tidak ada listrik. Dia harus menjaga jangan sampai handphone miliknya mati karena kehabisan daya. Dia coba melihat powerbank miliknya. Saat di penginapan empat hari yang lalu dia mengisi penuh, belum digunakan. Dia bersyukur, masih seratus persen. Aman untuk komunikasi nanti.
Tiba-tiba ada tubuh kekar memeluk dirinya dengan erat dirinya dan mencium bibirnya dengan lembut, seolah ada keinginan yang harus di lampiaskan.
"Ida ... kamu cantik sekali ... aku ingin ..."
Haida tersenyum setelah menyadari kalau pria yang menyergapnya tadi adalah Rizal. Dia menyerahkan dirinya dalam dekapan Rizal. Bibirnya menyambut lumatan bibir Rizal dengan panas, lidah mereka saling bertaut. Perut Haida merasak ada tonjolan dari dalam celana kolor Rizal, saat di peluk dengan rapat oleh Rizal. Hatinya bersorak ... keinginannya terkabul.
"Aaaaahhhhh ... lakukan Kak! .... lakukan !... ooooohhh."
Bibir Rizal mengecup leher Haida, dan lidahnya menelusuri hingga belakang telinganya. Bulu kuduk Haida berdiri karena perlakuan Rizal. Pori-pori tubuhnya terbuka karena gairahnya terpancing keluar.
"Ooooohhh ... aku ingin Kak !... lakukan padaku! ... aaaahh.."
Haida benar-benar pasrah dengan perlakuan Rizal, dia menginginkan tubuhnya menjadi boneka permainan Rizal, seperti yang Rizal lakukan tadi malam. Hanya wqktu itu, dia tidak bisa mengekspresikan gairahnya dengan desahan dan lenguhan. Takut didengar anak buah Rizal di barak yang belum tidur.
Siang ini, seperti lepas dari belenggu Haida mendesah dan melenguh saat tangan dan bibir Rizal beraksi ditubuhnya.
Rizal membalik tubuh Haida hingga tangannya bertumpu pada dipan, dan menyingkapkan dress sifon ditubuh Haida. Tubuh indah itu kini hanya dilindungi celana dalam G-String.
"Sangat indah ... tubuhmu tidak akan aku lupakan, Ida."
Dan dia tarik hingga lepas satu-satunya penghalang aksinya. Kini terpampang di matanya, dua jalan masuk ke tubuh Haida. Jalan yang membuat dirinya mabuk kepayang kepada mantan kekasihnya itu.
Rizal tak kuasa menahan keinginan untuk memasuki tubuh Haida. Selama dua hari terakhir, ia telah belajar pelajaran berharga dari Haida, pelajaran tentang kepuasan seksual. Ia menuruti semua permintaan Haida, dan hasilnya sungguh memuaskan baginya.
Dia mulai menghentakkan pinggulnya dengan keras. Tangannya yang kekar memegang erat pinggul mungil Haida. Tanpa belas kasihan, seperti yang Haida minta.
"Aaauuuuwwwhhh ... ooooohhh .. Tuhanku ... ooohh."
Ia kembali menusuk tubuh Haida. Kepala Haida mendongak, menahan hentakan kenikmatan itu.
"Aaauuuuuuuuuwwwhhh....! Aaaaaahh...! Teruskan...! .... aaaaahh..!"
Rizal mulai mengayun pinggulnya dengan kasar dan cepat. Dia sekarang tahu, Haida suka dengan perlakuan seperti itu. Lenguhan dan desahan, apalagi ekspresi wajah Haida seperti wanita yang kesakitan, tidak membuat Rizal menghentikan usahanya meraih orgasme.
Rizal menganggap lenguhan, desahan dan ekspresi kesakitan Haida adalah sebuah kamufalse saja. Karena faktanya, tubuh Haida selalu minta lebih dan lebih untuk mendapatkan kepuasan orgasme.
Dia mengayun cepat pinggulnya dengan ritme ayunan
Yang kontinyu. Ekpresi wajah Haida berubah-ubah, kadang sorot matanya sayu minta dikasihani, tapi kadang dengan ekspresi bola mata terbelalak dengan mulut terbuka karena hentakan keras pinggul Rizal.
"Aaaahhhh ..! Tuhanku ..! Ooohh..! Nikmat! .. aaahh .. Tuhan .... Tuhan ... Tuhanku ... uuuuooooooohhhhhhh ...... i"m cumiiiiiiiiiiinnnggggg!!!!..."
Tubuh dan bokong Haida bergetar karena orgasme yang meledak dalam tubuhnya. Tidak ada waktu bagi Haida untuk menikmati orgasme yang melanda dirinya. Terulang kembali saat mereka melakukan ini di halaman, diatas rumput yang terkena embun pagi. Dalam keadaan orgasme, tubuhnya menerima stimulus daro tongkat phallus Rizal.
Kini bukan erangan dan desahan yang keluar dari bibir Haida, tapi lolongan dari bibirnya saat orgasme datang melanda. Sodokan phallus itu tidak berhenti intensitasnya, semakin keras menghantam lubang tubuh Haida seakan ingin menghancurkannya.
Clap ..! Clap..! Clap..! Clap..! Clap..! Suara tempat berlendir yang ditusuk tongkat yang keras.
Plak..! Plak..! Plak..! Plak..! Suara paha Rizal yang menampar bokong Haida.
"Aaaaaaahhhh ... oooohhh ... aaaaahhhhh... uuuuhhh."
Sudah beberapakali Haida orgasme, tubuhnya gemetar, tangannya sudah tidak mampu menopang tubuhnya.
"Aaaaaaaaaarrrrggghhhhh i'm cumiiiiiiiiiiinngg..."
Krrriiiiinngg..! Kkkkrrriiiinnngg..!...
Bersamaan datangnya orgasme, nada panggilan di handphone Haida berdeting. Tangannya meraih handphone didekatnya. Steven yang melakukan panggilan kepadanya, dia tekan tombol menerima.
"Aaaaaaahhh ... ooohhhh ... Halo Suamiku ... ooohhh ... Tuhanku ... aaaaahh."
"Haida .... ada apa dengammu ....?"
"Oooooohh ... aku ... aaah ... aku ... bersama ... Kak Amri aaaaahhh ... suamiku .... oooooooooooooohh!"
"Kamu ... kamu sedang bersetubuh ...?"
"Ooooooohhh ... ya ... ya ... suamiku ... oooohhhhhhhh .. i'm cumiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing ......."
Haida menerima orgasme untuk kesekiankalinya disaat sedang menerima panggilan telepon dari suaminya.
"Ckckckckckck ... Istriku yang cantik ... istriku yang binal."
"Oooohh ... nikmat ... Tuhanku ... Tuhanku ... aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh i'm cumiiiiiiiiiiiing.."
"Hahahahaha ... istriku seperti pelacur .. suaramu sexy sekali Haida. Ya sudahlah ... aku rekam sambil kita menelpon Haida ... biar aku bisa putar ulang nanti di rumah."
"Aaaaahhh ... terus Kak Rizal ... aku akan orgasme ... aaahhh ... ya ... Steven ... ooohhhh ... ada apa sayang? ...... aaaaaahhhhhhh i'm cumiiiiiiiiiiiing.."
Haida kembali orgasme disaat dia sedang menelpon Steven. Wanita luar biasa yang bisa membagi kosentrasinya, antara ingin mendapatkan orgasme dan pembicaraan serius dari Steven.
Rizal tetap aktif melakukan sodokan, karena Haida tidak memintanya berhenti, dia tidak menghentikan aktifitasnya. Ada kenikmatan dan sensasi saat memasuki tubuh Haida. Tubuh yang begitu pasrah untuk digunakan sebagai boneka permainan.
"Haida... Aku sudah membelikan Rizal sebuah ponsel. Aku sudah mendaftarkannya atas namaku. Aku sudah memasang aplikasi E-wallet di ponsel itu..."
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh i'm cumiiiiiiing ...my God."