Perjalanan Dinas (Napak Tilas)

Nadya Wijanarko
Chapter #32

31 - DARI TONJONG KE BUMIAYU: Pengabdian

Jalanan tampak menanjak dan berkelok. Kendaraan melaju melewati tebing dan lembah. Tampak beberapa titik di mana terdapat seperti bekas longsoran dan diberi garis kuning polisi. Kondisi jalan sendiri tampak tidak mulus karena di beberapa titik terdapat lubang. Kendaraan-kendaraan tampak berhati-hati melaluinya dan terlihat memelankan kecepatannya. Beberapa main terobos lubang, dan beberapa lainnya memilih untuk menghindari dengan melipir sedikit ke lajur kanan.

Christie sendiri menyetir dengan hati-hati. Beberapa kali ia menginjak rem dan membelok sedikit ke kanan untuk menghindari lubang. Dan beberapa kali juga ia menghela napas. Sejujurnya, Christie belum pernah berkendara sejauh ini. Bahkan, ia sebenarnya jarang mengemudikan mobil. Paling mengantar anak ke sekolah, itu pun sekolahnya tidak terlalu jauh dari rumah. Ke kantor pun ia lebih suka menggunakan komuter. Kalaupun dengan kendaraan pribadi, seringnya dititip parkir di stasiun, lalu berganti dengan kereta listrik. Naik dari Rawabuntu, dan turun di Sudirman, kemudian berlanjut dengan bus Transjakarta menuju kantor di kawasan Blok M. Itu sebabnya juga kenapa Christie selalu hadir paling pagi di ruangan. Jadwal kereta membuatnya mau tidak mau harus disiplin.

Christie menatap kaca spion di atasnya. Terlihat Gya yang duduk di belakang tampak mengupas jagung dan mulai memakannya.

“Enak bener, lo makan sendirian?” Christie menyindir.

“Lapar, Chris.” Gya cuek dan lanjut mengkerikiti biji-biji jagungnya.

“Memangnya saya tidak? Dari tadi pagi saya baru makan Popmie.” Christie mendengkus.

“Salah sendiri kenapa tadi tidak mau diajak sarapan.” Gya menaruh bongkol jagung yang sudah habis biji-bijinya dan meletakkannya kembali ke dalam plastik, lalu mengambil jagung yang lain. Biji-bijinya memang kecil, sih. Makanya cepat habis.

“Mau saya suapin, Bu?” Fitra melirik sambil senyum-senyum dan menyodorkan sebongkol jagung ke hadapannya.

“Ha? Nggak usah. Makasih.” Christie mendelik geli. “Memangnya saya anak kecil?”

“Jangan, Fit. Pejabat nggak boleh terima suap.” Gya terkikik.

Jalanan yang disusuri masih saja berkelok. Tanjakan dan turunan terlihat silih berganti. Christie terus menjaga konsentrasinya. Beberapa kali tampak kendaran yang saling menyusul. Sepertinya mereka memang tidak sabaran. Mungkin juga terburu-buru. Namun, tentu saja Christie tidak sedang terburu-buru. Bahkan, ia sebenarnya sudah malas dengan rapat di Yogyakarta. Kini tujuannya adalah mengantarkan Fitra dan mobilnya ke Yogyakarta dengan selamat.

“Negeri ini kaya, ya?” Fitra tiba-tiba menggumam.

Christie lagi-lagi menoleh–sekilas. “Kenapa, Fit?”

“Tapi, kenapa rakyatnya banyak yang miskin?” Pandangan Fitra menerawang keluar. Tampak pohon-pohon yang seolah berlari ke arah sebaliknya. Ia kemudian menoleh menatap Christie.

“Lihat saja. Tanahnya subur. Panen melimpah. Tapi, kenapa rakyatnya banyak yang miskin?” Fitra kembali bertanya, entah pertanyaan itu ditujukan ke siapa.

Christie tidak menjawab. Sebuah kendaraan yang melintas dari depan lagi-lagi menguji kesabarannya.

TIN!

Christie membunyikan klakson.

“Coba lihat orang-orang yang minta sumbangan tadi. Mereka meminta uang sambil setengah memaksa. Sampai segitunya, ya?”

Air muka Christie kembali berubah.

“Tapi mungkin lingkaran setan juga.” Fitra kembali bergumam. “Daerah ini kaya. Namun, mereka tidak punya kesempatan untuk menikmatinya. Mereka tidak punya akses untuk menjual kekayaan tersebut. Coba pikir, bagaimana mereka mau menjual hasil panen mereka kalau untuk keluar saja mereka harus berkutat dengan jalanan yang bolong-bolong?” Fitra kembali mengoceh.

“Tapi, di sisi lain, bagaimana mau membangun jika mereka untuk mendapatkan pemasukannya saja susah?” Fitra menghela napas dan kembali menoleh.

“Makanya butuh orang-orang seperti kita, kan?” sahut Gya. Ia memasukkan sisa bongkol jagungnya yang kedua ke plastik. Masih ada sisa satu buah jagung lagi. Buat nanti sajalah.

“Apa yang sudah kita lakukan?” Fitra bertanya retoris.

Lihat selengkapnya