Arus lalu lintas semakin padat seiring dengan semakin masuknya sedan putih berlambang singa itu ke tengah kota. Mobil pun kembali tiba di persimpangan. Di tengah-tengah, tampak berdiri sebuah tugu putih yang menjadi ikon kota Yogyakarta. Tampak pula beberapa turis yang berusaha mengambil gambar dengan latar belakang tugu tersebut. Sebuah tujuan wisata nan ikonk, sekaligus sedikit mengganggu arus lalu lintas juga.
“Kamu merasa diperlakukan nggak adil, Fit?” Kali ini Gya yang bertanya.
Fitra diam saja.
“Normal, kok.” Gya kembali memajukan mobil dengan hati-hati. Mobil berjalan lurus ke depan. Sementara lebih banyak yang justru berbelok ke kanan. Maklum, itu adalah jalur menuju Malioboro yang menjadi salah satu tujuan wajib wisatawan yang ke Yogyakarta.
“Tapi, kamu salah besar kalau menganggap dirimu adalah satu-satunya yang pernah mendapatkan perlakukan tidak adil.” Gya melanjutkan.
Fitra masih tidak merespons.
“Kamu pernah dengar tentang ‘Tragedi Jepang’?” tanya Gya sambil melirik juga ke kaca spion di atasnya. Tampak Christie yang mengernyit.
“Christie pernah membatalkan beasiswa ke Jepang. Dan dampaknya jadi ke mana-mana,” ujar Gya.
“Oh, itu.” Fitra menoleh sekilas ke belakang. “Kemarin Bu Christie juga cerita.”
“Berarti, kamu tahu, kan, apa yang terjadi dengan Christie gara-gara kejadian itu?” Gya kembali bertanya.
Fitra menoleh. Ia tampak berpikir dan menebak-nebak.
“Hukuman kebijakan.” Gya melanjutkan tanpa menunggu jawaban Fitra.
“Oh, itu saya juga tahu,” sahut Fitra.
“Berarti, kamu juga tahu bahwa ‘hukuman kebijakan’ itu harusnya tidak ada dan tidak pernah ada?” tanya Gya.