Perjalanan Dinas (Napak Tilas)

Nadya Wijanarko
Chapter #55

SPECIAL CHAPTER 2

Ruang kerja Christie tampak sama berantakannya seperti di luar. Beberapa kardus tergeletak di lantai berisi berkas-berkas yang tadinya disimpan di lemari. Suara-suara masih terdengar dari luar meski pintu ditutup. Dan Christie tidak berminat untuk bergabung. Hari ini, ia ingin menyendiri.

Matanya menyapu ruangan kecilnya yang rak-raknya sudah kosong. Dan matanya pun tertumbuk pada sebuah tas di salah satu kardus. Itu adalah tas kamera.

Christie pun mengambilnya dan mengeluarkan isinya, lalu duduk di atas meja. Ia kemudian menyalakan kamera dan melihat-lihat isinya. Kapasitas penyimpanannya memang besar, sih. Foto-foto lama masih belum dihapus meski rasanya sudah dipindahkan ke tempat lain. 

Christie tampak tersenyum ketika melihat foto-foto itu. Termasuk ketika Fitra masih ada. Matanya pun berkaca-kaca. Fitra memang bukan staf terbaiknya. Namun, ia begitu istimewa. Apalagi setelah perjalanan dinas yang membuka tabir demi tabir jati diri.

Perhatian Christie teralihkan ketika terdengar suara pintu dibuka. Ia pun tersentak dan langsung turun dari meja. Raut wajahnya menyiratkan rasa sungkan dan tidak enak.

“Kok, sendirian aja, Chris?” Ternyata Bu Ning yang datang.

“Eh … Ibu.” Christie bersalaman dengan Bu Ning.

“Keluar sebentar, yuk. Cari tempat yang enak. Saya pengen ngobrol-ngobrol.” Bu Ning tersenyum.

Christie pun tersenyum, lalu mengangguk. Keduanya kemudian berjalan keluar.

Siang itu, kafe tidak terlalu penuh. Lebih banyak tempat yang kosong. Hanya dua tempat yang ada orangnya, salah satunya adalah yang ditempati Bu Ning dan Christie. Meja yang terisi satu lagi ditempati dua orang pria muda.

Televisi tampak menyala menayangkan siaran berita. Sayup-sayup terdengar suara Presiden yang berbicara kepada para wartawan. 

“Dengan selesainya pembentukan nomenklatur lembaga dan instansi yang terbentuk saat ini, saya pikir pemerintahan sudah mulai bisa berjalan dengan efektif.”

Christie tampak menunduk sembari memainkan bongkahan es dalam minuman kopinya dengan sedotan.

“Sehat, Chris?” Bu Ning bertanya sambil menyeruput secangkir teh herbal.

Lihat selengkapnya