“Hidup itu seperti perjalanan dengan alur yang sulit dimengerti. Kadang, alur seolah berbelok ketika seharusnya lurus. Kadang juga, alur seakan berlanjut meski jalan di depan tampak buntu.” Christie berhenti sebentar untuk menarik napas. “Apapun itu, tugas manusia hanya menjalaninya … dengan sebaik-baiknya.”
Gya menatap iba Christie yang terlihat pasrah. Bagaimanapun, sahabatnya itu hanyalah manusia biasa. Sepintar apapun, dan setinggi apapun jabatannya, pasti akan remuk jika terus-terusan “dihajar” seperti ini. Bebannya terlalu berat untuk orang yang bahkan usianya saja belum mencapai kepala empat.
“Fitra bagaimana, Chris?” Gya teringat pada salah satu teman mereka yang tadi juga bersamanya.
“Sudah lebih baik,” jawab Christie.
“Syukurlah.” Gya tersenyum lega. “Tolong jaga dia, Chris.” Gya menarik napas. “Waktu itu dia memanggil kamu. Itu artinya dia begitu percaya padamu.”
Christie hanya menunduk. Sejujurnya, ia pun bingung. Bagaimana caranya menjaga Fitra, sedangkan ia sendiri juga dalam posisi tak berdaya?