Perjalanan Dinas

Nadya Wijanarko
Chapter #26

25 - CIREBON: Keajaiban Pagi

11 Maret 2015


Christie melirik jam tangannya. Terlihat jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. Ia kembali menguap, lalu memandang sekeliling dan keluar dari mobil. Tampak olehnya, Gya sedang duduk di tanggul sambil menyeruput segelas kopi panas di gelas plastik.

Gya yang melihat Christie keluar dari mobil lalu mengacungkan gelas plastiknya. “Ngopi dulu, Chris,” ujarnya.

Christie hanya tersenyum. Kesadarannya belum pulih seratus persen dan ia merasa tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri. Ia belum mandi dari semalam. Napasnya terasa tidak enak dan wajahnya seperti lengket. Ditambah juga dengan perutnya bergejolak, ibarat gunung berapi yang siap menyemburkan isi di dalamnya setelah terjadi akumulasi gas magma sekian lama. Rasanya sungguh tidak nyaman.

“Aku mau ke kamar mandi dulu,” kata Christie. Ia pun berjalan ke belakang mobil, membuka bagasi, dan mengambil sabun cuci muka, sikat dan pasta gigi.

“Mana Fitra?” tanya Christie.

“Ke sana.” Gya menunjuk arah pom bensin. “Mau mengingatkan petugas soal mobil derek yang katanya mau datang pagi ini,” terang Gya sambil menyeruput kopinya yang masih panas.

Christie mengangguk tanda mengerti, lalu berjalan menuju kamar mandi yang terletak di samping masjid. Lantainya cukup bersih meski masih terdapat sedikit bercak tanah dan lumpur.

Ia lalu membuka satu per satu pintu toilet yang tidak terkunci. Terdengar helaan napas beberapa kali ketika ia mendapati toilet jongkok. Ia tidak nyaman dengan toilet jongkok dan lebih suka toilet duduk. Namun, perutnya yang berontak membuatnya tidak memiliki pilihan lain.


Seorang wanita tampak masuk sambil menggandeng seorang anak perempuan kecil–mungkin berusia lima tahun. Christie pun menoleh, meski kemudian ia kembali berkonsentrasi dengan kedua tangannya yang penuh sabun. Selesai mencuci tangan, ia kemudian menggosok gigi dan mencuci muka. Ia pun merasa lebih segar.

Christie menatap wajahnya di cermin. Entah kenapa, ia tiba-tiba bermimpi tentang kejadian dua tahun silam ketika ia diserahi sebuah amanah yang lebih tinggi. Jabatan yang lebih tinggi, tentu menuntut tanggung jawab yang lebih besar pula. Dan dengan tantangan yang lebih berat juga. Ibarat pohon yang semakin tinggi menjulang, semakin kuat pula angin yang menerpanya. Pohon yang batangnya kokoh tentu akan lebih mampu menahan embusan angin.

Tiba-tiba, Christie merasa begitu ringkih. Masalah reorganisasi, mutasi massal, pembangkangan pegawai, dan Fitra yang begitu sulit ia kendalikan. Apakah ia cukup kokoh ketika badai datang menghantam? Apakah ia cukup kuat menahan 500 orang pegawai yang bergantung di kedua tangannya? Dan jika jabatan adalah sebuah amanah, apakah ia sanggup menjaganya dan mempertanggungjawabkannya, hari ini maupun kelak nanti?

Namun, Bu Ning begitu percaya kepadanya. Bu Ning yang sudah puluhan tahun berkiprah tentu mampu melihat sesuatu yang lain dalam dirinya. Hanya saja, Christie bahkan belum menemukan “sesuatu yang  lain” itu; dan kalau boleh jujur, ia kini begitu gamang dengan dirinya sendiri.


Beberapa mobil tampak diparkir dan beberapa terlihat penumpangnya beristirahat di pelataran gedung ketika Christie keluar dari kamar mandi. Sebagian tampak menyelonjorkan kaki–mungkin pegal karena perjalanan jauh. 

Di kejauhan, tampak olehnya, Fitra sedang berdiri sambil sibuk mengutak-atik ponsel. Christie pun menghampirinya.

“Gimana, Fit?” tanya Christie.

Fitra menengadah. “Oh, tadi saya udah ketemu sama petugas keamanan yang semalam, Bu,” lapornya.

“Saya mengingatkan soal mobil derek yang katanya mau datang pagi ini. Katanya, mobilnya akan datang. Petugasnya tadi juga kayaknya langsung menghubungi yang pegang mobil derek,” lanjut Fitra.

“Kita tunggu aja, Bu,” Fitra kembali fokus pada ponselnya.

Raut wajah Fitra sedikit menyiratkan kepanikan. Berkali-kali ia mengutak-atik ponsel, lalu menelepon, dan kembali mematikan ponsel dengan wajah kecewa.

Fitra kembali mengetik, kali ini untuk mengirimkan SMS. Tidak lucu jika bengkelnya tutup.

Selamat pagi, Pak Ali. Saya Fitra. Mobil saya, Peugeot 405 matic buatan tahun 1995, mogok di rest area Tol Palikanci Km 62A. Kemungkinan ada masalah pada dynamo starter. Apakah bisa saya bawa ke bengkel Bapak? Kalau bisa, mohon alamat dan ancer-ancernya untuk menuju bengkel. Terima kasih.

Fitra mengirimkan SMS sambil berharap-harap cemas.

“Kirim SMS ke siapa, Fit?” tanya Christie.

“Ke bengkelnya, Bu,” jawab Fitra. “Tapi belum dijawab. Tunggu saja.”

Lihat selengkapnya