Perjalanan Hijrah Althea

Author Zahra
Chapter #5

05. Ajakan Dilla dan Nadya

Tak lama kemudian, suara langkah kaki pelan terdengar mendekat dari arah kantin. Seorang perempuan paruh baya tampak membawa segelas susu dalam tangan kanannya. Matanya ramah, senyum kecil terukir di wajahnya meski ia tampak sibuk. Dialah ibu kantin sekolah yang sudah seperti ibu kedua bagi banyak siswa.

Dengan langkah hati-hati, Bu Rini menghampiri meja Althea yang duduk sambil sesekali mengipas-ngipas mulutnya dengan tangan. Wajahnya memerah, matanya sedikit berair, jelas terlihat kalau mulutnya sedang terbakar karena kepedesan.

"Ini susunya, Nak," ujar Bu Rini sambil meletakkan gelas plastik bening itu di atas meja, tepat di depan Althea.

Tanpa menunggu lama, Althea langsung meraih gelas itu dan meneguk isinya dengan lahap. Cairan dingin itu seperti oase di tengah gurun pasir. Susu mengalir cepat melewati tenggorokannya, menenangkan rasa panas yang menyiksa di lidah.

"Pelan-pelan, Nak," tegur Bu Rini, sedikit terkejut melihat betapa rakusnya gadis itu meminum susu.

Namun Althea tak menjawab. Matanya masih terpejam, fokusnya hanya pada bagaimana menuntaskan sisa terakhir susu dalam gelas. Beberapa tetes terakhir bahkan sempat menetes ke ujung dagunya sebelum ia menegakkan tubuh, menghela napas lega.

Setelah gelas kosong, Althea akhirnya menatap Bu Rini dan tersenyum lemas. "Makasih, Bu," ucapnya tulus, meski wajahnya masih agak merah.

Bu Rini membalas senyum itu. "Sama-sama. Tapi lain kali, kalau ngambil sambal itu secukupnya aja ya. Biar nggak kejadian lagi kayak gini."

Althea mengangguk cepat, lalu menggaruk tengkuknya sendiri, sebuah kebiasaan yang muncul saat ia merasa malu. "Hehe, iya Bu, tadi aku ngga sadar, tiba-tiba tangan udah penuh sambal aja."

Bu Rini hanya geleng-geleng sambil terkekeh pelan, kemudian berbalik kembali ke dapur kantin, meninggalkan Althea yang kini tampak lebih waras setelah penyelamatan darurat itu.

*****

~ Malam harinya

Suasana kamar Althea gelap temaram. Sebuah lampu meja menyala redup di pojok ruangan, menciptakan bayangan samar di dinding yang penuh poster band indie favoritnya. Althea sedang rebahan di atas kasur, wajahnya datar menatap layar ponsel. Di layar, tampak wajah Nadya dan Dilla dalam panggilan video. Mereka bertiga saling berhubungan dari kamar masing-masing, dengan posisi serupa: rambut acak-acakan, kaus kebesaran, dan ekspresi malas.

"Thea, kita party yuk!" seru Nadya dengan semangat yang tampak terlalu kontras dibanding suasana kamar.

Althea mendesah pelan. "Nggak dulu deh, Nad," tolaknya tanpa berpikir panjang.

Dilla langsung melirik Nadya lewat layar. Keduanya saling pandang dengan ekspresi menyesal. Nadya pun menggigit bibir bawahnya, lalu menatap layar dengan nada lembut, "Lo masih marah sama kita ya?"

Althea tak langsung menjawab, tapi wajahnya sudah cukup jadi jawaban.

"Kalau gitu, gue sama Dilla minta maaf deh," ujar Nadya akhirnya, suaranya pelan dan tulus.

"Iya, The. Gue juga minta maaf ya," timpal Dilla sambil menatap layar ponsel dengan ekspresi bersalah.

Lihat selengkapnya