"Besok bisa nginep di rumah gue?" tanya Caca. Saat ini mereka sedang perjalanan pulang.
Ditinggal sendirian di rumah sudah menjadi makanan sehari-hari akhir minggu ini. Kedua orang tuanya berada di rumah nenek. Sebab neneknya yang kini telah berusia kepala tujuh, sedang sakit. Sehingga, membuat kedua orang tua Caca merawat beliau.
"Nanti gue kabarin. Gue izin ke Tante sama Kakak gue dulu."
Perjalanan pulang kali ini tidak begitu memakan waktu. Karena jalanan tidak padat merayap. Sehingga membuat dua gadis remaja tersebut tiba lebih cepat. Sesampai di depan pagar coklat. Caca menghentikan mobilnya. ''Mau mampir?''
"Di rumah ada siapa?" jawab Caca.
"Tante Olivia sama Kak Prilon," ujarnya singkat. Sebelumnya Mayra sudah menceritakan ke Caca perihal kehidupan termasuk tentang pribadi.
Caca mengangguk mengerti. "Kapan-kapan aja deh gue main ke rumah lo. Chat gue, ya? boleh atau enggaknya lo nginep."
-----
Keesokan hari, Setelah pulang sekolah. Lintang mengajak tanding basket. Terlihat Rengli berusaha merebut bola basket yang sedang Lintang kendalikan. Disela pertandingan satu lawan satu. Rengli mengucapkan kalimat membuat Lintang membiarkan bola basket terpantul dengan sendirinya. "Gue harap, Mayra bukan menjadi salah satu korban perempuan yang lo permainkan perasaan."
"Maksud lo?" Lintang membalas dengan mata menyipit.
Rengli menghampiri pria itu. "Gue capek sendiri lihat lo gonta-ganti cewek. Perasaan bukan jadi bahan mainan lo, Lin." Ia berjalan mendekati Lintang. ''Lo sama dia baru jadian, kan? kalau tujuan lo karena penasaran atau main-main doang kaya yang lalu. Mending lo berhenti dari sekarang.''
Rengli sangat hafal dengan sikap sahabatnya entah dari sisi baik maupun buruk. Ia kenal pria itu dari kelas sepuluh. Hal yang membuat mudah memahami satu sama lain karena di antara pertemanan mereka selalu mendengarkan dan memberikan arahan bila salah satu dari mereka salah mengambil jalan.
Lintang menundukan kepala. Ucapan Rengli berhasil menohok hatinya. Secara perlahan, ia mengangkat dagu. Kemudian tersem tulus. "Kali ini gue serius sama Mayra," ujarnya dengan yakin.
Rengli mengambil bola basket di tepi lapangan. Kemudian melempar bola itu ke Lintang. Dengan sigap Lintang menangkapnya. "Kita tanding lagi!" teriak Rengli.