Sesampai di parkiran Delima. Mayra turun terlebih dahulu. Kemudian memberikan helm ke Lintang. "Kamu nggak marah?"
Lintang terkekeh sambil mengacak-ngacak rambut Mayra. "Apa alasan aku marah?"
Mayra berdecak kecil karena rambutnya sudah rapih, menjadi berantakan. "Kebiasaan. Suka banget berantakin rambut Aku!" Ia membuang napas pelan. "Karena kemarin Aku nggak balas pesan dari kamu. Terus Aku hilang seharian."
Lintang ber oh ria. "Terus, karena gitu doang? Aku marah sama kamu??"
"Iya. Kamu benar nggak marah?? Tanya apa gitu?"
Lintang mencabut kunci motor lalu menurunkan standar. "Aku bisa marah kalau kamu hilang selama berhati-hari. Apalagi menghilang dari kehidupanku. Kalau itu terjadi. Aku bukan marah aja." Lintang berdiri lalu menempelkan tangan pada dadanya. "Tapi hati Aku ikutan sakit," sambungnya dengan memasang wajah kesakitan.
Mayra tersenyum. "Sejak kapan kamu pintar gombal?"
"Jangan ge-er dulu. Aku suka gombalin bukan ke kamu aja. Ke mantan juga suka aku gombalin!" Lintang menjulurkan lidahnya, meledek Mayra.
"Ish yaudah, lah! Nyesel Aku tanya kamu!!" Mayra meninggalkan Lintang dengan langkahan kaki lebar.
Lintang mengejar Mayra sambil terkekeh. Ia gapai tangan perempuan tersebut. Membuat Mayra membalikan badan. "Dengerin dulu, dong."