Mayra melihat ke arah ayunan terbuat dari ban yang tersambung dengan tali tambang dan diikat ke pohon. Mayra tidak membalas pertanyaan Lintang tadi pagi di sekolah sebelum pelajaran dimulai. Bahkan, dirinya pun tidak tahu kalimat apa yang tepat untuk membalas pertanyaan pria itu. Tadi, begitu jam pelajaran terakhir selesai. Mayra menolak ajakan Lintang untuk pulang bersama. Karena, entah kenapa ia butuh waktu untuk sendiri. Dan ada saatnya juga, kan? menjauh dari keramaian memilih sendiri. Antara pikiran dengan perasaan saling berdialog.
Mayra memandang dari kejauhan ke arah Mamah dan pria mengenakan Jas hitam yang kini ia panggil dengan sebutan Papah. Mayra bahagia, apa yang ia harapkan kini tercapai. Setelah sekian lamanya ingin merasakan kehadiran sesosok Papah.
Semua tamu undangan telah pergi. Hanya ada mas-mas berbaju putih merapihkan kursi dan meja serta saudara dari Mamah dan Papahnya. Mayra meneguk segelas sirup kemudian ia letakan gelas itu di kranjang kotak biru, tempat untuk piring setelah digunakan.
Perempuan sepantaran dengan dia menghampiri Mayra. Perempuan itu tersenyum tipis. "Berarti, kamu sekarang adik aku?"
Mayra mengangguk senang. Apa setelah ini, kehidupannya lebih menyenangkan?
"Karena kita hanya beda bulan. Nggak usah manggil aku Kakak, oke? Panggil nama aja."
"Panggil Velika aja?"