Perjalanan Hitam

Rida nurtias
Chapter #12

Part 11--Berpikir

Mayra terus berpikir. Tapi kenyataannya, seberapa banyak pertanyaan tidak mampu terjawab begitu saja. Terhitung seminggu Mayra mengabaikan semuanya. Setelah mengikuti pemakaman Rana---Mamahnya, di Bandung. Dan hal itu membuat ia semakin merasa seperti manusia terbodoh. Bagaimana, bisa? Sebagai anak tidak tahu bahwa Mamah tinggal di kota itu?? Mayra hanya duduk di atas kasur. Untuk saat ini ia tidak bisa keluar kamar Kakak sambungnya, Velika. Rasanya sangat canggung. Setelah pertemuan sekaligus perpisahan disaat pernikahan Mamahnya bersama Pria itu. Bahkan, Mayra pun tidak tahu bagaimana memanggil pria tersebut secara baik. Apa ia menyebut Papah? Ayah? atau Bapak?

Velika membuka pintu kamar sepelan mungkin hingga tidak menimbulkan suara. lalu melangkah ke meja makan untuk meletakan semangkuk bubur ayam di atas meja belajar itu. Kemudian duduk di kursi merah. Sedangkan Mayra tidak memiliki niat untuk menatap Velika. Ia lebih nyaman dengan posisi duduk membelakangi Kakaknya sambil melihat ke jendela yang memperlihatkan tamu terus berdatangan. Letak kamar berada di lantai dua. Velika megikuti sorotan mata yang Mayra lihat. ‘’Mereka teman-teman Ayah,’’ jelasnya.

Mayra masih terdiam. Ia seperti menikmati cerita dongeng yang dibacakan Rana. ‘’Maaf, gue enggak berusaha menghubungi lo untuk kasih tahu kalau selama ini—’’

‘’Gue selalu bertanya-tanya kenapa Mamah tinggalin gue? Kenapa lo bisa ada di dekat Mamah? Sedangkan gue, anak kandungnya sendiri enggak bisa? Kenapa,‘’ potong Mayra. ia tidak sanggup melanjutkan kalimat. Tenggorokan seketika tercekat. Pertanyaan selama ini ia cari bertahun-tahun terjawab dalam situasi yang menyakitkan. Velika memberanikan mendekati Mayra. Ia mendekap tubuh itu. Membiarkan Mayra menangis. Suara tangisan membuat hati Velika seperti tersayat. Ia menyalahkan diri sendiri. Saharusnya, ia tidak mau mengikuti kemauan Ayah dan Tante Rana. Setelah merasa Mayra mulai tenang. Velika menjelaskan tanpa berani menatap kedua bola mata dengan sorotan penuh luka. Ia hanya bisa melihat selimut bergambar Mickey Mouse.

‘’Mamah punya riwayat sakit jantung udah lama. gue juga kaget, sama kaya lo. Gue enggak nyangka tiba-tiba Mamah meninggal karena serangan jantung.’’ Velika berhenti sejenak. Ia menatap Mayra. ‘’Mungkin karena lo masih kecil. Mamah enggak mau sampai lo tahu tentang ini.'' nadanya berubah menjadi rendah.

Lihat selengkapnya