Tidak panas, tapi tidak mendung. Keadaan rumah selalu kosong. Suara ketikan serta lagu terputar memenuhi ruangan. Itu semua hampir setiap hari Lintang lakukan. Jaket putih mendarat mulus mengenai kepala. Lintang sudah siap mengeluarkan sumpah sarapah. Namun ia urungkan kembali setelah melihat kehadiran sesosok perempuan dari belakang Rengli. Dengan gerakan cepat ia bangkit dari kursi. Kedua matanya menatap tajam, seperti mata elang siap menerkam tikus. ‘’Kok, lo bisa bareng sama Mayra?!’’ tanyanya memperlihatkan sikap posesif.
Rengli tidak menjawab langsung. melainkan melangkah ke arah kulkas untuk mengambil minuman dingin. Setelah merasa rasa hausnya hilang. Ia meletakan minuman itu di atas meja taman. ‘’Jangan ngegas dulu, Pak. Tadi gue di jalan. Gue lihat Mayra di perempatan. Yaudah gue samperin.’’
Mayra tersenyum lebar, menampilkan lesung pipi menambah aura cantiknya keluar. ‘’Kamu lucu kalau lagi cemburu gini. Lagian kan Rengli teman kita, sayang.’’
Lintang merasa ada yang aneh di dalam dirinya. Kenapa detakan jantung semakin kencang? Bibirnya mengerucut. ‘’Siapa tahu gitu kan Rengli suka kamu.’’
Rengli melempar botol good day kosong ke Lintang. ‘’Yakali gue suka sama kemoceng!’’
‘’Lo kira, gue mau sama lo?!’’ seru Mayra tidak terima. Ia melihat dari ujung kaki hingga kepala pria itu. ‘’Itu badan apa agar-ager?! Lotoy!’’ lanjutnya.