Sebenarnya ini pertama kali Lintang menyetir mobil di daerah Jawa Timur. Biasanya ia mengendarai mobil paling jauh hanya sampai Bandung. Cara menyetirnya pun belum sejago Rengli. Tapi bila tidak dipaksakan, kasihan temannya menyetir terus. Untuk memecahkan keheningan. Ia menyalakan lagu dari ponsel dengan volume kecil karena takut menganggu tidur teman-temannya. Ia memperhatikan jalanan kota Nganjuk. ‘’Gue enggak akan melupakan perjalanan ini,’’ katanya pada diri sendiri. Ketika lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Kendaraan melintas seketika langsung berhenti. Lintang memperhatikan sekitar jalanan, ia amati secara lekat, merekam apa saja yang bisa ia ingat selama dalam perjalanan ini. Selagi belum lampu hijau. Lintang meletakan kamera di dasbord, ia aktifkan time-lapse. Lintang menyesal, seharusnya ia merekam dari awal perjalanan ke Solo. Namun ia baru sadar ketika sudah berada di masjid Nganjuk. Tiga menit kemudian pria tersebut melajukan kembali kendaraan roda empat tersebut saat lampu berganti hijau.
Yang ditunggu pun tiba. Tulisan selamat datang di kota Malang terpampang jelas di hadapan mereka. Ketika di Kandangan, nama kota setelah Pare. Rengli memaksa Lintang bergantian nyetir. Katanya Lintang mengendarai mobil sangat lama!
Lintang melanjutkan lagi merekam perjalanan yang sebelumnya ia hentikan ketika di Pace, kota setelah Nganjuk. Kebetulan batre ponselnya tinggal lima persen. Selesai merekam jalanan. Ia beralih mengambil gambar ke Rengli, Caca dan Mayra secara bergantian. Tentunya diselingi candaan mereka ber empat. ‘’Gue sini yang rekam,’’ kata Caca meminta mengambil alih ponsel Lintang.
‘’Pengambilan gambar lo jelek!’’ balas Lintang tidak mau memberikan ponsel andoroidnya.
Mayra mengihiraukan pertengkaran kecil mereka ber dua. Ia sibuk mencari tempat penginapan dengan harga sesuai isi dompet. Rengli memijat kelima jari hingga menimbulkan suara pletek. ‘’Nyari yang biasa aja May,’’ ujarnya mengerti bahwa Mayra sedang mencari tempat penginapan. Pertanyaannya membuat dua manusia sedang bertengkar kecil, menghentikan kegiatannya. ‘’Ehiya, kita tidur di mana?’’ sahut Lintang baru menyadari belum mencari tempat untuk istirahat.
‘’Telat lo!’’ sahut Rengli. ‘’Tuh, cewek lo lagi nyari tempat,’’ sambungnya lagi.