Perjalanan Hitam

Rida nurtias
Chapter #30

Part 29-- Tiba

Caca mengenakan jaket milik Mayra. ia biarkan terbuka tanpa diresleting. Sehingga memperlihatkan kaos garis-garis warna hitam dan putih. ‘’Mayra mana?’’ tanyanya. Ia mengayunkan kaki ke dalam kamar. Ternyata kamar Caca dan Mayra lebih luas. Padahal harganya sama. Namun kamarnya tidak bisa melihat langsung ke jalanan. Melainkan hanya bisa melihat bangunan di sampingnya. Beda seperti kamar Lintang dan Rengli kebagian jendela. ‘’Lagi ganti baju di kamar mandi,’’ balas Caca pendek. Ia melanjutkan mengoles bibirnya menggunakan lipstick.

---

Ketika tiba di Alun-Alun Kota Malang, yang pertama kali mereka ber tiga lihat adalah Buah Malang sebagai hiasan yang diletekan di tengah. Kemudian terdapat bianglala penuh dengan lampu. Lintang melanjutkan mengabadikan video. Caca dan Mayra pun juga sama. Bedanya dua perempuan tersebut berupa foto, bukan video. Di sebrang alun-alun terdapat deretan toko. Kemudian pada bagian pinggir alun-alun ada delman. ‘’Nanti naik delman yuk?’’ bisiknya ke Caca.

‘’Yuk!’’ jawabnya menyetujui ajakan Mayra.

Lintang datang menghampiri mereka yang sebelumnya sibuk merekam dengan jarak yang tidak jauh dari jarak Caca maupun Mayra. ia potret wajah mereka ber dua dahulu sebelum menghentikan rekamannya. Setelah itu memberikan ponsel ke Caca. ‘’Fotoin gue sama Mayra.’’

‘’Kamera lo mana?’’ balas Caca tetap menerima ponsel itu.

Lintang meringis kecil. ‘’Lupa gue bawa.’’

Waktu berjalan dengan cepat. Kini telah jam sembilan malam. Mereka ber tiga hanya mengahabiskan waktu untuk makan, foto-foto, menaiki bianglala. Mereka tidak jadi naik delman, sebab waktunya tidak bisa lama. besok harus bangun pagi untuk mengunjungi tempat wisata lainnya. Rencananya di Malang hanya tiga hari. Mayra bahkan diberi peringatan oleh Tante Olivia jangan lama-lama. jarak dari alun-alun ke tempat penginapan tidak terlalu jauh. Jalan kaki hanya memakan dua puluh menit. Mayra memperlambat jalannya ketika ponsel bergetar di dalam kantung jaket. Ia rogoh benda tersebut. Ternyata panggilan dari Velika. Semenjak kepulangan dari Bandung. Ia selalu berhubungan entah melalui telepon maupun via teks. Mayra menggeser tombol hijau. ‘’Lo lagi di Malang? gue dikasih tahu Ayah.’’

Lihat selengkapnya