Gerakan tangan Rengli tertahan karena suara dari belakangnya membuat ia menolehkan kepala. Lintang merapihkan rambut bagian depan bergerak karena tertiup angin. ‘’Gantian, gue yang nyetir. Lo istirahat aja.’’
Pria itu hanya mengangguk kecil diselingi senyuman tipis. ‘’Nggak pa-pa. gue aja yang nyetir,’’ balasnya dengan wajah serius untuk meyakini Lintang. ‘’Kalau lo yang bawa. Sampai ke Jakarta-nya lebih lama.’’
Lintang terkekeh. Membenarkan ucapan Rengli. ‘’Sialan lo!’’ ia menjeda sesaat. ‘’Kita istirahat aja dulu. Lo pasti ngantuk, kan?’’ mengingat pria itu sama sekali belum istirahat. Bahkan kedua bola matanya terlihat lelah dan sangat jelas bahwa Rengli menahan rasa ngantuk. ‘’Jangan dipaksain. Lagian kita jalannya santai. Enggak ngejar waktu,’’ lanjut Lintang membujuk Rengli.
‘’Iya. Udah sana masuk!’’