Bagian 1: Langkah Pertama ke Dunia yang Tak Dikenal
Langit pagi mulai cerah ketika Arden meninggalkan kota kecil yang selama ini menjadi rumahnya. Jalan setapak yang membentang di hadapannya terasa sunyi, hanya diiringi suara gemerisik dedaunan yang tertiup angin. Meski udara masih dingin, sinar matahari mulai menghangatkan tanah, menciptakan bayangan panjang di antara pepohonan.
Pegunungan berkabut di utara, yang menjadi tujuan pertamanya, menjulang di kejauhan seperti benteng alam yang menyembunyikan rahasia kuno. Ia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi tekadnya sudah bulat.
Semakin jauh ia berjalan, semakin ia menyadari bahwa dunia di luar kotanya sangat berbeda. Jalan yang awalnya berbatu kini berubah menjadi tanah berlumpur setelah hujan semalam. Ranting-ranting tua menciptakan lorong alami di atas kepalanya, dan suara burung hantu masih terdengar samar, seolah belum siap menyerahkan malam sepenuhnya kepada siang.
Saat ia melewati sebuah jembatan kayu kecil yang melintasi sungai dangkal, ia berhenti sejenak untuk mengisi kantung airnya. Airnya dingin dan jernih, memantulkan wajahnya yang kini terlihat lebih serius dibanding saat ia berangkat.
Di tangannya, peta kuno itu sesekali ia buka, memastikan ia masih berada di jalur yang benar. Peta itu menunjukkan bahwa ia harus menemukan sebuah batu penanda sebelum mencapai kaki gunung. Namun, belum jelas seperti apa batu itu dan bagaimana ia bisa menemukannya di antara ratusan batu lainnya di sepanjang perjalanan.
Saat ia melanjutkan langkahnya, tiba-tiba angin bertiup lebih kencang, membawa suara yang tak biasa-seperti bisikan halus yang berasal dari arah hutan. Arden menghentikan langkahnya, jantungnya berdegup lebih cepat.
Ada sesuatu yang mengawasinya.
Bagian 2: Rahasia di Balik Kabut
Arden berdiri diam, matanya menelusuri pepohonan di sekelilingnya. Suara bisikan yang ia dengar tadi sudah hilang, hanya menyisakan gemerisik dedaunan yang tertiup angin. Namun, firasatnya mengatakan bahwa ia tidak sendirian.
Ia menggenggam erat tali ranselnya dan melangkah perlahan, berusaha tidak membuat suara. Hutan ini terasa semakin gelap meskipun matahari sudah naik lebih tinggi. Kabut tipis mulai muncul di antara pepohonan, menyelimuti jalan setapak dengan kesan misterius.
Setelah beberapa langkah, Arden melihat sesuatu di kejauhan-sebuah batu besar yang tertutup lumut, berdiri di tengah jalan seperti penjaga tua yang diam. Ia mendekat, matanya meneliti permukaan batu itu. Di sana, terukir simbol yang familiar: matahari, bulan, dan gunung berkabut.
Ini pasti penanda yang ada di peta.
Namun, sebelum ia sempat menganalisis lebih jauh, suara langkah kaki terdengar dari balik kabut. Arden menahan napas. Langkah itu berat dan teratur, semakin mendekat.
Siapa-atau apa-yang datang ke arahnya?
Bagian 3: Penjaga Bayangan
Arden menahan napas saat langkah-langkah itu semakin mendekat. Kabut yang menyelimuti hutan membuatnya sulit melihat dengan jelas, tetapi ia bisa merasakan kehadiran sesuatu yang besar dan kuat.
Dari balik pepohonan, sesosok bayangan mulai terlihat. Makhluk itu setengah tersembunyi dalam kabut, hanya siluetnya yang tampak-tinggi, berbahu lebar, dan bergerak dengan gerakan yang tidak sepenuhnya manusiawi. Arden merasakan bulu kuduknya meremang.
Ia mundur perlahan, berusaha tidak membuat suara. Namun, seketika ranting kering di bawah kakinya patah.