“Ryu! buruan oper bolanya!” teriak anak bernama Benny ke arahnya.
Ryu menggiring bola dan mencoba melakukan tendangan jarak jauh agar bisa mencetak gol namun sayang bola yang ia arahkan meleset ke luar lapangan dan tanpa sengaja menyepak wajah salah seorang temannya yang menonton.
“Ryu! kan udah aku bilang oper!” Benny kesal dan marah-marah.
“Woy ada yang pingsan.” Teriak salah satu anak dari barisan penonton.
Tendangan Ryu membuat Azam pingsan.
“Kan gara-gara kamu sih! kamu ga kerjasama tim! dasar ga berguna!” Benny masih kesal terhadap Ryu kala mereka berjalan melihat kondisi Azam.
Sore itu orang tua Azam marah-marah kepada orang tua Ryu karena anak mereka pingsan akibat bola yang Ryu tendang.
Ryu kecil sangat ketakutan. Dia takut kalau Azam meninggal karenanya. Ryu menangis kala orang tua Azam berteriak ke arah orang tuanya.
“Sudah enggak apa-apa namanya anak-anak kalau main bisa saja tidak sengaja membuat masalah.” Ibu Ryu menenangkan Ryu yang masih menangis kala sudah sampai di rumah.
Beberapa tahun berlalu. Ryu memiliki kisah tidak menyenangkan lagi dengan kata tidak berguna. Kala itu ia berumur 10 tahun dan adiknya Erica baru berumur 1 tahun. Ibu Ryu kewalahan untuk menjaga Erica dan meminta tolong sebentar agar Ryu menjaga adiknya kala ibunya memasak di dapur.
Ryu yang sedang asik menonton kartun kesukaannya tidak sadar kalau Erica turun dari kasur lantai di dekatnya dan berguling. Kepalanya menyentuh lantai agak keras kemudian Erica menangis kencang. Sontak Ibu Ryu berlari dari arah dapur dan mendapati Erica menangis di lantai sambil Ryu berusaha memindahkan adiknya ke kasur.
“Ya ampun nak, kenapa?” tanya Ibu sambil mengangkat Erica dan menggendongnya.