“Gua mau nebus kesalahan buat Ryu, Dis.” Kevin berbicara kepada Yudis yang sedang membereskan pakaiannya.
Yudis menoleh ke arah Kevin yang menunduk. Ia tahu betul seperti apa Kevin, sahabatnya saat ini benar-benar tenggelam dalam penyesalan.
“Kalau lo ga bisa nerbitin naskah Ryu, gua mau minta naskah lengkapnya. Gua akan hubungi tante gua di Jogja, dia punya kenalan pemilik penerbit minor.” Jelas Yudis.
“Gua udah buang naskahnya ke tempat sampah.” Kevin menjawab masih menunduk.
“Staff editor lain pasti masih nyimpen soft copy-nya kan?” tanya Yudis.
“Iya, masih. Lo ga usah repot minta naskahnya, gua akan minta ulang staff editor gua buat ngasih update baru kalau ada salah penilaian. Naskah Ryu bakal terbit.” Kali ini Kevin berani menatap ke arah Yudis.
“Bagus kalau gitu.” Jawab Yudis.
Ponsel Yudis berdering, terlihat notifikasi Amanda memanggil.
“Halo, Man?” Yudis menjawab teleponnya.
“Apa? Syukur alhamdulillah. Yaudah kita ke rumah sakit sekarang ya.” Yudis menjawab tidak lama setelah Amanda memberitahu sesuatu di telepon.
“Kenapa Dis?” tanya Kevin.
“Ryu udah sadar pagi tadi, siang ini dia boleh pindah ke kamar rawat inap. Kita bisa jenguk dia sekarang.” jelas Yudis.
“Yaudah kita berangkat sekarang.” Kevin lekas bangkit dari duduknya.
“Tolong kasih Ryu harapan.” Yudis berpesan kala Kevin bangkit dari kursi.
Kevin berdiri tak bergeming
“Anak itu punya masa depan bagus.” Kevin merespon Yudis sambil berlalu.
Amanda berjalan memasuki paviliun Anggrek, tempat di mana Ryu dipindahkan ke kamar rawat inap setelah menjalani perawatan intensif di ICU.
“Manda, tunggu!” Yudis memanggilnya sesaat setelah tiba di depan paviliun Anggrek.
“Pas banget ya sampenya bareng.” Amanda tersenyum ke arah Yudis dan hanya menatap kosong ke arah Kevin.
“Kata Erica ada di ruang 305,” ajak Amanda sambil terus berjalan.
“Kevin mau nerbitin karya Ryu, dia janji.” Yudis berbisik mengimbangi langkah Amanda sementara Kevin ada di belakang mereka.
Amanda berhenti sejenak dan melihat ke arah Yudis.
Yudis mengganguk yakin.
“Ryu punya harapan.” Amanda lekas menengok ke belakang.
Kevin menatapnya dalam-dalam.
“Dia berbakat.” Kevin membalas Amanda singkat.
“Amanda..” Ibu Ryu menghampiri mereka.
“Tante..” Amanda lekas mencium tangan Ibu Ryu diikuti oleh Kevin dan Yudis.
“Ruangannya di paling ujung, silahkan mumpung masih jam besuk.” Ibu Ryu mempersilahkan ketiganya.
“Iya tante.” Jawab Amanda.
“Tante mau ke bawah dulu ya.”