Perjalanan Ke Neraka

Pebriyatna Atmadja
Chapter #10

#10 Permulaan

Setelah enam jam perjalanan menggunakan kereta, akhirnya Ryu, Amanda dan Kevin tiba di kota Jogjakarta. Yudis sudah menjemput mereka di stasiun. Empat sekawan kini berkumpul dengan formasi full. Masing-masing dari mereka merasakan energi yang terkumpul penuh ketika satu sama lain bisa kembali bertemu. Yudis membawa tiga kawannya langsung ke rumah untuk beristirahat. Sambil menyetir, sesekali Yudis menjelaskan beberapa tempat terkenal yang mereka lewati. Keempatnya selalu bisa larut dalam obrolan panjang jika sudah bertemu. Perjalanan menuju rumah Yudis pun menjadi terasa sangat singkat.

Welcome home.” Sambut Yudis kala memarkir mobilnya di halaman depan rumah besar dengan aksen tradisional pada pagarnya. Rumah tersebut didominasi warna putih dan cokelat dengan beberapa ukiran khas di temboknya.

“Wah gede banget rumahnya.” Amanda nyeletuk.

“Masuk yuk!” ajak Yudis sambil berlalu masuk.

Kevin, Amanda dan Ryu menyusul masuk. Ketiganya kemudian disilahkan duduk pada kursi-kursi kayu di teras depan. Tidak lama kemudian, seorang wanita paruh baya keluar membawa satu nampan berisi cangkir-cangkir teh dan satu pocinya.

“Monggo, diminum Mas dan Mba.” Wanita itu mempersilahkan.

“Iya, terima kasih Bu.” Ryu mengangguk diikuti anggukan Amanda dan Kevin.

“Silahkan, Itu tadi Bu Yayuk, asisten rumah tangga yang udah kerja di sini dari gua kecil.” Yudis ikut duduk bersama mereka setelah Bu Yayuk kembali masuk ke dalam.

“Nyokap dan Bokap mana?” tanya Kevin.

“Lagi ada urusan di Surabaya.” Jawab Yudis.

“Bentar ya kamar buat kalian lagi disiapin.” Lanjutnya.

“Lo anak tunggal kan? Sepi dong?” tanya Ryu setelah menuangkan teh ke dalam cangkirnya.

“Ya begitulah, udah biasa. Dulu pas kecil seringnya gua ikut kalau nyokap bokap pergi perjalanan bisnis tapi semenjak SMA udah jarang banget apalagi pas kuliah ngerantau ke Jakarta.” Jelas Yudis.

“Terus yayasan yang sekarang kamu urus gimana?” tanya Amanda.

“Semua berjalan lancar, tadinya tuh aku mau kerja aja di Jakarta tapi bokap bilang saat ini enggak ada yang bisa diandalkan untuk urus Yayasan. Kalau aku belum mau nyemplung ke bisnis batik ya mau ga mau aku harus bantu di Yayasan, cuma itu pilihannya.”

“Besok kebetulan aku ada urusan ke sekolah, kalian mau ikut?” tanya Yudis

“Boleh aja.” jawab Amanda. 

“Ayo.” Ryu dan Kevin menyetujui.

“Pas nih momennya, Ryu kan baru aja nerbitin buku jadi bisa tuh nanti masuk ke kelas dan ngasih motivasi buat siswa-siswi yang tertarik untuk jadi penulis.” Yudis memberikan ide sambil tersenyum.

“Yakin? Gua baru banget loh.” Ryu terlihat malu-malu.

“Bagus loh Ri, pas launching kemarin juga keren banget. Yayasan lo SD sapai SMA kan Dis? Cocoknya sih Ryu kalau cerita sampai detail pengalaman depresinya ke siswa SMAnya aja.” Kevin memberikan sarannya.

“Monggo Mas dan Mba, sudah disiapkan kamarnya.” Bu Yayuk muncul dari balik pintu depan.

“Nggih Mbok, matur suwun.” Yudis mengangguk.

“Yuk, kalian bisa istirahat dulu.” Yudis mempersilahkan semuanya untuk masuk.

Esok pagi ketika sarapan, mereka berencana untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di daerah Jogjakarta setelah kegiatan di Sekolah selesai.

“Beres kegiatan di Sekolah gimana kalau kita ke Taman Sari aja? Pulangnya kita nongkrong aja sore sampai malam di Alun-alun. Nah, besok pagi kita bisa deh wisata yang lebih jauh mau kemana? Goa Pindul atau Pantai Indriyanti?” Yudis memberikan ide sekaligus bertanya kepada tiga sahabatnya.

“Boleh tuh! Taman Sari juga bagus kan buat foto-foto. Sorenya santai sambil quality time deh.” Amanda menyetujui ide Yudis.

“Setuju, hari pertama ini kita santai-santai aja dulu lah. Gua bebas kalau besok, mau rafting di Goa Pindul atau ke Pantai.” Kevin ikut menyetujui.

“Gua ikut yang punya Jogja.” Ryu nyengir sambil menikmati pisang goreng di tangannya.

Setelah sarapan pagi, mereka semua langsung beranjak menuju Yayasan Ilmu Yudisthira, sebuah Yayasan milik keluarga Yudis. Tempat ini sangat besar dan memiliki tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Yudis langsung mengajak ketiga temannya ke ruangan guru SMA untuk mengenalkan mereka dan memberitahu bahwa ketiganya akan mengadakan sesi berbagi motivasi dengan murid-murid SMA di sini. Para guru di sana menyambut mereka dengan antusias.

Mereka semua sepakat untuk mengadakan sesi berbagi motivasi khusus untuk siswa-siswi kelas tiga yang sebentar lagi akan mengikuti ujian akhir dan memilih untuk melanjutkan jenjang studi ke perguruan tinggi agar mendapat bayangan jikalau diantara mereka ada yang ingin menjadi seorang Penulis, Manager Hotel ataupun Editor.

Yudis mengenalkan ketiga sahabatnya kepada seluruh siswa-siswi kelas tiga yang sudah berkumpul di Aula. Amanda nampaknya menjadi pembicara favorit siswa lelaki yang tidak melepaskan pandangan mereka dari Amanda yang sedang memberi motivasi.

“Jadi kalau kalian ingin bekerja di bidang perhotelan adalah langkah awal yang tepat untuk meneruskan sekolah di jurusan perhotelan ataupun pariwisata. Namun banyak bidang yang bisa diisi yang memerlukan kemampuan lain jika memang kalian tidak kuliah di bidang ini. Misalnya seorang accounting, juru masak atau HRD, ya berarti harus kuliah di jurusan akuntansi, tata boga dan juga psikologi atau managemen sumber daya manusia untuk bisa bekerja dibidang tersebut. Sebetulnya di bidang apapun kalian kuliah tidak menutup kemungkinan kalian bisa bekerja di bidang hospitality selama itu dibutuhkan. Intinya belajar yang rajin, berusaha keras dan berdoa.” Amanda menutup penjelasannya dengan senyum manis yang membuat seluruh siswa mabuk kepayang akan kecantikannya.

Sementara Kevin memberikan kiat khusus untuk menjadi seorang editor yang baik.

“Saya tidak menempuh kuliah di jurusan Sastra Indonesia namun karena saya suka membaca dan juga pernah memenangkan salah satu lomba menulis artikel junalistik di salah satu media cetak maka perusahaan tempat saya bekerja sekarang memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi seorang editor. Awalnya saya kalah saing dengan rekan-rekan kerja yang sudah paham dunia editing naskah, namun saya punya semangat untuk belajar maka dari itu saya terus belajar dan mendalami kemampuan dibidang ini. Pada akhirnya usaha tidak akan menghianati hasil. Saat ini saya sudah diangkat menjadi kepala Editor di Penerbit tempat saya bekerja sekarang.” Jelas Kevin.

Lihat selengkapnya