Perjalanan Menggapai Ridha sang Illahi

Violet Senja
Chapter #20

Chapter #20 Perpisahan

Selepas kepergian kak Hikal, dan kak Adibba, berbulan madu. Semua aktivitas berjalan normal. Aku mulai mengurus segala keperluan sekolah. mengikuti ujian persamaan dan mengikuti beberapa les bahasa dengan bantuan beberapa teman Kiyai Abdullah. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar.

Hafalan-hafalan Alquran kuperbanyak. Umi Maryam tidak pernah bosan membimbingku dari hari kehari, sementara Papa mulai sibuk dengan aktivitasnya mendampingi Kiayi Abdullah dalam bersafari dakwah.

“Fatimah, apa rencanamu selanjutnya? Umi rasa kamu butuh pengalaman dan pengetahuan yang jauh lebih signifikan. Bukan hanya berada di Pondok saja, agar kamu tahu betapa luasnya Bumi Allah dan banyak Ilmu yang harus kamu dapat,” ujar Umi Maryam saat ada kesempatan kami berbincang bersama.

Sedikit ragu kuutarakan keinginanku untuk menimba ilmu di Luar Negeri. “Aku ingin melanjutkan ke Tareem, Umi, jika itu memungkinkan.”

“Masya Allah…, Kenapa nggak, Umi yakin kamu pasti bisa. Bicarakan ke pada Papamu, Nak. Jika beliau setuju. Insya Allah, abah, Umi dan Haikal akan membantu prosesnya,” ucap Umi Maryam bersemangat.

Aku berharap dengan kepergianku ke Tareem, selain mencari ilmu, juga melupakan sejenak kehidupan dan segala luka yang kudapat di sini. Bukan untuk menghindari takdir atau lari dari segala rasa yang ada. Aku ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Membentuk ahlak dan adab di Negeri seribu wali.

Aku mencari-cari kesempatan yang pas untuk bicara dengan Papa, prihal keinginanku untuk pergi ke Tareem. Sambil terus melengkapi segala keperluan dan persyaratan. Di luar dugaan ternyata Papa merasa keberatan jika aku harus pergi jauh seorang diri, apa lagi ke Luar Negeri. Menurutnya menuntut ilmu di di sini pun tidak kalah bagus. Ada banyak kampus yang mengadopsi pembelajaran dari Negeri yang terkenal dengan seribu masjid tersebut. Kiayi Abdullah turut membantu meyakinkan Papa, jika di sana akan banyak ilmu yang kudapat lebih dari apa yang ada di sini.

Aku paham dilema yang ada dalam diri Papa. Dia pernah kehilanganku bertahun-tahun selama kami beda keyakinan, lalu kehilangan Mama untuk selamanya. Rasa kehilangan itulah yang membuat Papa, tidak ingin terulang lagi dalam hidupnya.

Hanya doa panjang di setiap malamku, aku yakin jika Allah meridhai langkahku maka sang maha membolak-balikan hati akan meluluhkan hati Papa, tanpa aku harus memaksanya.

Hingga kini Papa belum mengijinka aku untuk pergi, hal itu membuatku hampir putus asa.Aku hampir saja putus asa, sementara untuk melanjutkan sekolah di sini, aku masih ragu. Aku begitu mencintai Alquran dan mengagumi Rasulullah. Buku tebal karismatik yang telah membawaku hingga aku berada disini. Menuntunku Menggapai Ridha Sang Illahi. Aku ingin lebih mendalami setiap makna yang terkandung di dalamnya. Menyelami lebih dalam ilmu-ilmu Alquran dan Hadist yang tidak aku ketahui sebelumnya. Di Kota Seribu Wali’lah harapnku.

Pembacaan Dzikir dan sholawat Nabi baru saja usai. Kegiatan yang biasa kami lakukan pada malam jumat. Para santri telah kembali ke kamar masing-masing, karena waktu sudah menunjukan pukul 10 malam.

Lihat selengkapnya