Perjalanan Menggapai Ridha sang Illahi

Violet Senja
Chapter #25

Chapter #25 Kembali Pulang

Malam-malam panjang telah kulalui di Tanah Suci. Saatnya kami untuk kembali ke Yaman dengan menyandang titel Hajjah, dengan harapan kami mendapatkan haji yang mabrur.

Di sela istirahat, ponselku berdering. “Assalamualaikum, Fatimah,” ucap suara lembut dari sebrang sana.

“Waalaikumssalam, Umi. Apa kabar?” Jawabku. Kukabarkan kepada Umi Maryam bahawasannya aku masih di kota Mekkah dan segera kembali ke Yaman.

“Maaf, Nak. Umi mengganggu, ada hal yang harus Umi sampaikan,” ucapnya, terjeda.

“Ada apa Umi?” perasaanku mulai tak enak ada sedikit kekhawatiran dalam hati, pasalnya Umi Maryam tidak pernah menghubungiku jika tidak terlalu penting.

“Papamu sakit keras, Tubercullosis tulang dan ada penyumbatan pembuluh darah ke jantung. Kami berharap kamu bisa kembali ke Indonesia.” Aku begitu panik setelah mendengar sakitnya Papa. Jika bisa ingin rasanya aku langsung berada di sisinya.

Dengan tangis yang tak bisa kutahan lagi. Aku menemui ketua rombongan kami. Meminta ijin agar aku tidak ikut kembali ke Yaman. Kuceritakann kabar yang baru saja kuterima dari Indonesia prihal sakitnya, Papa.

Beruntung, ketua rombonganku mengijinkan bahkan membantuku untuk langsung kembali ke Indonesia dengan pesawat busines class, agar dapat tiba di Indonesia lebih cepat.

Aku kabarkan kepulangan yang mendadak kepada Hanna. Meminta bantuannya agar ia bisa mengirim barang-barangku yang sudah kukemas dari rumah kontrakan dan masih tertinggal di Asrama, agar di kirim via kargo ke Indonesia.

48 perjalanan udara kulalui dengan perasaan sedih, gelisah dan takut, dengan kondisi Papa. Dzikir dan doa tak pernah terhenti sepanjang perjalanan. Sosok mama dan papa silih berganti membayang di pelupuk mataku yang tak pernah kering dari air mata, sejak kuterima kabar sakitnya Papa.

Kuhirup dalam udara kota Jakarta, setelah tiba di Bandara subuh ini. Selepas sholat subuh di musholah Bandara aku mencari taksi menuju rumah sakit tempat Papa di rawat. Berbekal sharelok yang di kirim Umi Maryam, aku mencari alamat rumah sakit terbesar di Ibu Kota, karena aku sendiri tidak terlalu paham dengan Kota Jakarta.

Langkahku tergesa menyusuri lorong-lorong rumah sakit, setelah bertanya kepada resepsionis. Mereka bilang Papa baru saja keluar dari ruang ICU.

Tiba di depan kamar rawat, sejenak aku terdiam mengatur ritme jantungku yang berdebar kencang. Dari kaca kecil yang terdapat di pintu, aku melihat Papa terbaring dengan peralatan medis. Kabel-kabel di dada, hidung, jari, lengan terhubung ke layar monitor yang berada di sisi kiri tempat tidur.

Lihat selengkapnya