Perjalanan Menggapai Ridha sang Illahi

Violet Senja
Chapter #36

Chapter #36 Kembali Bertemu

 

Hari-hari berjalan begitu manis dan harmonis. Seperti biasa aku aktif mengajar di pondok pesantren, sementara gus Farhan menemani kak Aisyah jika sedang tidak ada kegiatan. Jika aku dan gus Farhan sedang sibuk, kak Aisyah, di temani beberapa santri putri yang memang kami pilih untuk melayaninya selama kami beraktivitas.

Seperti halnya pagi ini, gus Farhan sedang ada kegiatan di luar, dan aku ke pondok kiayai Abdullah, menjalankan amanatnya selama kiayi Abdullah dan umi Maryam, berada di Mekah. Aku di tugaskan untuk mengontrol pondok.

Sepulang dari pondok kiayi Abdullah, aku mampir di pusat perbelanjaan, karena stock bahan makanan sudah habis. Aku tidak ingin berlama-lama dalam pusat perbelanjaan. Setelah mendapatkan semua yang kucari dengan tergesa aku keluar dari supermarket.

Karena kurang berhati-hati, aku menabrak seseorang hingga paper bag terlepas dari tangnku dan berserakan di lantai. Seseorang yang kutabrak segera membantu membereskan barang-barangku dan meminta maaf. “Maaf, apa kamu Fatimah?” ucapnya sedikit terkejut.

Akupun tak kalah terkejut, sosok yang dulu sempat mengganggu pikiranku saat di Tareem, kini berdiri tegap di hadapanku.

“Iqbal!” seruku, tak percaya.

Iqbal, mengajak kuberbincang di salah satu foodcount dalam pusat perbelanjaan tersebut. Kami saling bertanya kabar dan bercerita tentang kegiatan kami masing-masing. Ia pun bercerita jika sekembalinya ia ke Indonesia. Dia berusaha mencariku, namun aku bagaikan hilang di telan bumi. Biasanya setiap alumni dari Tareem, memiliki group alumni dan aku memang tidak bergabung di sana.

“Gus Farkan Maliki? Bukankah ia sudah beristri?” tanyanya setelah aku memberitahukan jika aku sudah menikah.

“Ya, dan aku menjadi istri kedua beliau,” jawabku. Belum sempat Iqbal menimpali ucapanku, terdengar suara salam.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumssalam,” jawab aku dan Iqbar erentak, seraya menoleh ke asal suara. Sontak aku langsung berdiri setelah melihat siapa yang menguap salam barusan.

“Gus?” ucapku gugup. “Kenapa ada di sini?” lanjutku bertanya sedikit heran.

Lihat selengkapnya