Perjalanan Menggapai Ridha sang Illahi

Violet Senja
Chapter #40

Chapter #40 Ngidam

Aku terbangun tepat di sepertiga malam, ketika hendak sholat malam, aku teringat alat tes kehamilan yang kubeli secara diam-diam. Kulihat gus Farhan, masih tertidur pulas. Segera aku beringsut dari tempat tidur dan langsung ke kamar mandi.

Kutunggu hasil tes kehamilan dengan jantung yang berdebar selama beberapa menit. Samar terlihat garis dua berwarna merah. Aku tertegun sejenak, apakah ini pertanda jika aku memang hamil? Detak jantungku semakin tak beraturan, segera kubasuh wajah dengan air wudhu. Lalu membangunkan gus Farhan.

Sepanjang sholat tahajud, pikiranku jauh dari kata khusyuk. Air mataku menetes bukan karena sujud simpuhku kepada sang Pencipta. Melainkan rasa haru dan bahagia bercokol dalam dada, Ampuni aku ya Allah.

Terdengar adzan subuh berkumandang, kulihat gus Farhan, masih khusuk dengan dzikirnya, sementara aku sudah sejak tadi hanya diam dan melamun.

“Ayo, sholat subuh di masjid,” ajak gus Farhan.

“Aku sholat di sini saja ya, rasanya lemas sekali,” ucapku, sambil berpindah duduk di kursi meja rias, gus Farhan hanya tersenyum, membelai pucuk kepalaku yang masih berbalut mukena, dan berlalu keluar kamar hendak ke masjid.

Hingga gus Farhan, kemabli dari masjid, aku masih saja di dalam kamar. Rasa kantuk dan lelah tetiba menyerangku. Baru saja aku hendak merebahkan diri di atas kasur, suara ketukan pintu kamar membuatku kembali duduk di sisi tempat tidur.

“Kamu sakit?” tanya gus Farhan, seraya menghampriku. Aku menggeleng pelan.

“Gus…, ada yang ingin aku sampaikan,” ucapku. Lama gus Farhan, menatap wajahku. Kusodrkan hasil tes kehamilan. Gus Farhan, menerima dengan raut wajah penuh pertanyaan.

“Apa ini artinya?”

“Maaf, diam-diam subuh tadi aku mencoba tes kehamilan. Tanda garis dua itu begitu samar, jadi aku tidak dapat menyimpulkan,” ungkapku.

“Kita kedokter sekarang,” ucapnya tiba-tiba lalu bangkit dari duduknya di sisiku.

Dengan malas aku bersiap, berganti pakaian. Sementara gus Farhan, sepertinya sedang mencari pak Yono, untuk mempersiapkan kendaraan.

Sepanjang perjalanan menuju Ruah sakit, aku begitu gelisah. Harap dan cemas menyelimuti. Gus Farhan terlihat begitu antusias. Aku takut jika hasilnya akan mengecewakan.

“Gus, tidak perlu yang jauh. Bukankkah di depan ada klinik?” tanyaku heran.

“Aku sudah konfirmasi, di sana tidak ada dokter kandungan wanita, semua dokternya laki-laki,” ucapnya.

Lihat selengkapnya