Perjalanan Ranum

Faiqotun Nafiah
Chapter #1

Ranum - 1

"Tunggulah! Sampai saat ini aku masih terus berjuang. Aku masih terus melangkah menuju tempat tak berbatas. Aku selalu berusaha lepas dari bayang-bayang ketergantungan. Kali ini, aku yakin busur panahku akan mendarat tepat pada sasaran. Bersabarlah sedikit lagi, Ibu. Sebentar lagi kita pasti akan bersama, berbahagia, tanpa ada penghalang dan rasa takut kekurangan."

Aku selalu mengucapkan kalimat itu saat ibuku menyuruhku untuk pulang. Sudah dua tahun aku pergi meninggalkan rumah. Dan selama itu pula, aku belum juga mendapatkan apa yang aku cari. Kadang aku iri melihat orang-orang di sekitarku. Begitu mudah mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Sementara aku, harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan satu keinginanku.

Aku bukanlah orang yang mau bergantung menunggu orang lain membantu. Bagiku, membuat hidupku menjadi lebih baik adalah tanggungjawabku. Aku tak pernah berhenti berusaha. Meski berkali-kali aku gagal, aku tetap berjuang untuk hidup yang kuinginkan.

🌸

Namaku Ranum. Saat ini usiaku sembilan belas tahun. Aku hidup di tengah hiruk pikuk ibukota sejak dua tahun lalu. Saat teman-temanku menikmati tujuh belas tahunnya di sekolah, aku harus mencari sumber penghidupan di jalanan. Berbekal buku-buku bekas yang kutemukan di tempat sampah, aku belajar demi mengejar ketertinggalan.

Setelah apa yang kualami, aku tersadar, bahwa belajar tak harus di sekolah. Selama aku masih bernafas, selama itu pula aku harus terus belajar. Tidak melulu tentang matematika dan sains, belajar tentang kerasnya hidup juga sangat diperlukan. Agar kita tahu, bahwa tak semua orang diberi keadaan yang baik-baik saja selama hidupnya.

Dulu - saat aku masih sekolah - ibuku selalu bilang, "Nduk, belajarlah yang rajin, jadilah guru, dan ajarilah anak-anak di jalan itu. Amalkan ilmu yang kamu dapatkan. Jangan meminta imbalan untuk apa yang telah kamu berikan. Nduk, hidup itu tidak selamanya akan bahagia. Ada kalanya, kita harus bekerja banting tulang untuk sekedar mencari makan. Kelak, mereka yang kamu bagi ilmu itu, akan membantumu saat kamu kesusahan. Mereka akan datang sendiri tanpa kamu minta. Entah dengan nyata, entah dengan cara yang tak pernah kita duga. Tetaplah berjuang dalam kebaikan. Hiduplah untuk menolong orang." Aku selalu ingat pesan ibuku. Selama aku sehat dan mampu, aku selalu berusaha menjadi penolong sesamaku.

Aku tak pernah membayangkan hidupku akan seperti ini. Hidup bersama pejuang jalanan bukanlah mimpiku. Mungkin ini memang jalan yang harus kutempuh. Jalan kehidupan yang harus kulalui demi masa depan yang kuinginkan. Aku harus tetap bertahan dan berjuang sampai aku tak mampu lagi berjalan. Rasanya, mengeluhkan keadaanku pada ibu sangat tidak manusiawi. Dibandingkan ibu, perjuanganku ini masih tak seberapa.

🌸

Di sini aku paham satu materi, bahwa tidak semua orang memiliki nasib baik. Namun setiap orang selalu punya cara untuk bersyukur dan menunjukkan bahwa mereka baik-baik saja. Saat terbangun dari malam yang panjang, mereka selalu tersenyum karena masih bisa menikmati udara segar di tengah sesaknya ibukota.

Hidup adalah perjuangan. Prinsip yang selalu dipegang teguh oleh para pejuang jalanan. Tidak ada kata lelah dalam kamus mereka. Hanya ada rasa syukur karena bisa bertahan hingga esok hari. Aku pernah bercakap dengan salah satu dari mereka. Orang yang begitu aku kagumi selama aku di sini.

Namanya Bu Narmi. Dulu, beliau merupakan pemilik tempat hiburan yang sukses. Hingga akhirnya usaha beliau bangkrut. Setiap kalimat yang beliau ucapkan selalu menjadi penyemangat untukku. Saat aku mulai lelah dan ingin menyerah, Bu Narmi selalu memberi nasihat padaku.

"Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Sukses itu bukan hanya milik orang-orang yang pintar. Tapi juga milik mereka yang mau bekerja keras. Kamu ini masih muda, jangan mudah menyerah. Masa kalah sama ibu yang sudah tua ini?", Bu Narmi selalu tersenyum setiap kali menegurku.

🌸

Dulu - sebelum bertemu orang-orang hebat ini - aku sempat ingin mengakhiri hidupku. Ketika aku merasa tak pernah diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu. Aku selalu menyalahkan keadaan dan diriku. Kenapa aku terlahir bodoh? Kenapa aku tidak bisa menjadi orang yang berguna? Kenapa aku tidak bisa menghasilkan uang? Kenapa aku tidak bisa melakukan apa yang orang lain lakukan? Kenapa aku hanya bisa melihat tanpa meniru? Kenapa hidupku tidak berubah? Kenapa orang-orang tidak mau melihatku? Dan banyak pertanyaan lain yang ada di benakku.

Lihat selengkapnya