Perjalanan Ranum

Faiqotun Nafiah
Chapter #2

Ranum - 2

"Mencintai bukanlah sebuah kesalahan. Namun jika yang kau cinta tak sepadan, bersiaplah untuk ditinggalkan."

🌸

Damar Dwipangga. Seorang mahasiswa kedokteran yang juga merangkap sebagai penulis buku. Karya-karyanya sudah sangat dikenal oleh para penikmat sajak cinta. Aku pernah sekali membaca sajaknya. Saat itu aku menemukan potongan kertas yang bertuliskan,

"Penuhilah hidupmu dengan cinta, niscaya hidupmu akan bahagia - Damar DP".

Itu adalah kali pertama aku mengenal nama Damar. Potongan kertas itu kusimpan rapi dan selalu kubawa kemana pun aku pergi. Saat aku merasa sepi dan sedih, kubaca kembali tulisan yang ada di kertas tersebut. Satu kalimat yang ditulis Damar telah mampu merubah hidupku. Aku sering melihat wajah Damar terpampang di spanduk gedung. Dia menjadi pembicara dan motivator di sebuah acara.

Sejak hari itu, aku ingin sekali bertemu dengannya. Berharap bisa menjadi teman hidupnya. Agar aku tak lagi merasakan kesepian dan kesedihan. Aku bersyukur tuhan mengabulkan doaku. Mempertemukanku dengan Damar, meski dalam keadaanku yang sekarang. Aku yakin suatu saat nanti aku bisa menjadi seseorang yang pantas untuk bersanding dengannya.

🌸

Sejak bertemu dengan Damar, aku bertekad untuk menjadi lebih baik. Rasa cintaku pada Damar sungguh sangat memberikan aura positif padaku. Aku tidak peduli seberapa sering orang-orang meremehkanku. Mengatakan padaku bahwa mimpiku itu sia-sia. Mana mungkin Damar mau menyukaiku. Perempuan kumal dan kucel tak terawat. Tak berpendidikan pula.

Begitu juga dengan Bu Narmi, masih saja memberikan nasihat terbaiknya untukku. Beliau masih takut rasaku pada Damar akan membuatku terluka. Tidak ada hal yang paling dikhawatirkan Bu Narmi selain kebahagiaanku, katanya. Bu Narmi selalu berkata jika aku ini sudah dianggap anaknya. Jika aku merindukan ibuku, beliau selalu memelukku. Memberikan kasih sayang dan cintanya padaku. Seperti yang dituliskan Damar pada sepotong kertas yang kutemukan, Bu Narmi berusaha memenuhi kehidupanku dengan cintanya. Agar aku tak merasa kesepian dan selalu bahagia.

Entah kenapa, aku tidak peduli kalau pun aku harus terluka karena rasa yang kumiliki ini. Saat ini yang kupercaya bahwa Damar adalah salah satu alasan untukku berubah jadi lebih baik dan bisa bermanfaat bagi orang lain. Jika pun kemungkinan terburuknya rasaku hanya sepihak, itu adalah resiko yang harus kutanggung karena dia yang kucinta tak sepadan.

🌸

Aku membuka kembali materi-materi yang kudapatkan di sekolah dulu. Aku ingin menunjukkan pada Damar bahwa aku mampu memahami setiap materi yang dia berikan dengan cepat. Hal ini aku lakukan agar Damar lebih memperhatikanku. Karena dengan begitu, kesempatanku untuk dekat dengannya menjadi lebih mudah.

Aku tahu dan sadar, bahwa aku ini bukanlah perempuan yang bisa menarik perhatian Damar hanya dengan cara seperti itu. Damar itu orangnya sangat profesional. Dia tidak akan memperhatikan seseorang hanya karena lebih unggul dari lainnya. Dia memperlakukan semua sama. Sama-sama masih belajar. Butuh bimbingan dan panduan. Bukan perhatian khusus, apalagi untuk perasaan.

Seperti yang aku bilang di awal, aku tidak peduli akan sikap Damar padaku. Saat ini fokusku hanya merubah diri menjadi lebih baik. Dan Damar adalah motivasiku untuk melakukan itu. Mungkin, jika tidak bertemu Damar, aku tidak akan berpikir untuk berubah secepat ini. Aku akan mengikuti arus waktu yang mengalir perlahan.

Damar membawa pengaruh besar dalam hidupku. Aku menyesal pernah menyerah berjuang dulu. Padahal aku sudah berjanji pada ayahku untuk membahagiakan ibu. Seandainya aku berjuang sejak dulu, mungkin saat ini aku sudah berada di titik yang sama dengan Damar. Tak perlulah aku susah payah mendaki hanya untuk bersanding dengan Damar.

Lihat selengkapnya