"Ayahku meninggal di penjara dan ibuku meninggalkan aku dan saudara-saudaraku.. ada yang bilang ia ke kota Y. Saat ada kesempatan ke Y, aku beranikan diri untuk pergi. Tapi sampai sekarang aku sama sekali tak bertemu dengannya.."
Rhu tertegun mendengar cerita sahabatnya itu. Ia bingung bagaimana harus bereaksi.
"Ada yang bilang ibuku menikah lagi di Y.. aku berusaha mencarinya tapi sepertinya ia sudah mengubah identitasnya. Jika tak bertemu langsung aku tak akan bisa mengenalinya.."
"Mungkin dia memang tak ingin ditemui.. maaf, aku rasa tak pantas dia dicari jika memang dirinya yang ingin pergi," ujar Rhu.
"Haha.. aku hanya teringat adik-adikku. Mereka tinggal di panti asuhan. Sebelum aku pergi ke Y, mereka ingin aku mencarinya.. aku juga sebenarnya tak peduli lagi, tapi adik-adikku.."
"Kau tak menemui adikmu?"
"Sehabis dari penjara, kita ke panti asuhan.."
Rhu mengangguk. Tangannya ingin menepuk pundak temannya itu, ingin menenangkan tapi ia mengurungkannya.
Mobil mereka sudah meluncur pagi-pagi, bersamaan dengan asap pabrik yang membumbung. Orang-orang juga mulai berangkat kerja, anak-anak berangkat sekolah, dan sampah-sampah di jalan juga mulai disapu. Namun para pelacur terlihat masih bekerja, menjajakan diri di pinggir jalan—entah mereka tak laku semalam, atau memang baru datang.
"Kemarin aku merasa aneh, tapi sekarang aku mulai terbiasa," ujar Rhu. Ia memberanikan diri melihat suasana di sekeliling.
"Hahhaha.." Arthur tertawa seperti biasa.
Namun tiba-tiba terlihat seorang anak kecil terlihat ditarik oleh pria dewasa ke dalam mobil. Anak kecil itu menangis dengan keras. Pria bertubuh gempal itu memaksanya untuk masuk.
"Kenapa dia? Kau tak mau menolongnya?"
"Mungkin itu ayahnya.." ujar Arthur.
"Bagaimana jika itu penculik atau penjahat?"
"Kita tak bisa memastikan, kau mau terlibat masalah dan tak bisa pulang? Orang-orang di sekitar mereka juga diam.”
Rhu terdiam. Ia merasa tak nyaman lagi. Ingin segera pergi dari sana.
“Setelah menemui keluargamu… besok kita pulang saja,” ujar Rhu.
“Mengapa terburu? Aku masih ingin mengajakmu ke beberapa tempat. Kau tak suka berada di sini?”
Rhu terdiam tak menjawab. Arthur mempercepat laju mobil mereka menuju ke arah penjara.
Ada dua penjara di kota X. Salah satunya yang berada di tengah kota. Itu bangunan besar yang isinya sudah overload. Berbeda dengan penjara kota Y yang terletak di pulau tersendiri, sebuah pulau kecil buatan, pengasingan. Meski begitu tahanan di kota Y tidak begitu banyak, sepertinya para penjahat lebih memilih berada di kota X yang lebih longgar aturannya.
“Apa tempat ini aman? Polisinya bisa dipercaya?” tanya Rhu.