Perjalanan Rhu

Senjanila
Chapter #4

Ke Kota X

Helikopter mainan itu sudah berhasil dibetulkan oleh Arthur. Ia membawanya ke lapangan dan memainkannya. Di dalamnya sudah ia beri kamera kecil yang dapat merekam sendiri. Ia memberi alat khusus sehingga tak bisa terdeteksi oleh sinyal manapun dan hanya berhubungan dengan remotenya saja.

“Kau mau kuajari?” tanya Arthur dengan wajah tersenyum.

“Apa?” Rhu menoleh, mengalihkan pandangnya dari buku yang ia baca.

“Memainkan ini..”

“Jangan, nanti rusak.”

Arthur bermain helikopter sementara Rhu menunggunya sambil membaca novel lawas Time Machine, karya H.G Wells. Beberapa kali ia berhenti membaca dan melihat ke arah Arthur, ia tak tahu apa asyiknya menerbangkan helikopter mainan seperti itu, tapi melihat Arthur tampak senang ia juga ikut senang.

“Kita hanya akan ke penjara dan berekreasi saja kan?” tanya Rhu.

“Ya..”

Arthur sudah menjelaskan beberapa tempat yang akan mereka datangi. Memang tak sebagus di kota W—kota wisata itu, tapi ada banyak hal yang menarik lainnya dari kota X. Itu yang Arthur bilang.

Helikopter mainan itu menurun. Arthur selesai bermain sementara Rhu hanya berhasil membaca dua halaman saja.

“Besok kita berangkat, sebaiknya sekarang bersiap-siap. Aku mau pulang dulu,” kata Rhu.

“Ok, aku akan pergi ke toko membeli beberapa barang.”

“Baiklah.”

Arthur melambaikan tangan ke Rhu dan mobilnya. Ia tersenyum senang, membayangkan ini perjalanan pertama mereka berdua ke luar kota. Apalagi perjalanan kali ini ke kota kelahirannya.

Ia kemudian memakai jaket, menaiki motornya dan melesat pergi ke suatu tempat. Sebuah perkampungan biasa di kota Y. Ia lalu masuk ke sebuah rumah di dalam gang. Ada toko kecil di depan rumah itu.

Di rumah dua lantai itu, Arthur menemui seorang laki-laki. Sudah berkeluarga dengan dua orang anak yang sudah sekolah menengah. Sore itu ia sendirian bersama sang istri, anak-anaknya sedang bermain di luar.

“Mengapa kau mengajaknya? Kau tak mau membuatnya terpaksa menetap di sana kan? Dia punya masa depan…” kata Fang, kerabatnya, pemilik rumah itu.

“Tidak, aku tak sejahat itu. Kami hanya beberapa hari saja di sana,” ujar Arthur.

“Lalu buat apa? Ajaklah dia rekreasi ke kota lain yang lebih aman.”

“Aku rindu keluargaku, aku ingin dia ikut. Aku ingin dia mengenalku lebih jauh.”

“Biar dia tahu semua masa lalumu?”

“Aku ingin dia tahu asalku. Itu saja.”

“Itu bukan ide yang bagus.” Fang mengelengkan kepalanya, tanda ia tak suka dengan rencana Arthur mengajak seorang gadis ke kota X.

Fang menuangkan teh hangat di cangkir, menyodorkannya pada Arthur. Arthur lalu mengambil kue kacang bundar yang disuguhkan kepadanya.

“Dia penasaran, dia yang akhirnya memutuskan untuk pergi. Aku tak memaksanya.”

“Baiklah, berhati-hatilah. Aku tak mau ikut campur.”

Arthur mengambil rokok yang juga disuguhkan, membakarnya dan menghisapnya dengan tenang. Rokok diperdagangkan terbatas di kota Y. Tahun depan ada rencana mereka akan membebaskan kota dari jual beli rokok. Rokok dianggap berbahaya dan sama sekali tak memberi manfaat.

Lihat selengkapnya