Ini merupakan pertanyaan yang bagus dan dalam. Adapun jawabannya, bahwa ruh terbagi dua, yaitu ruh yang disiksa dan ruh yang mendapatkan nikmat.
Ruh yang mendapatkan siksa, sibuk dengan siksaan yang diterimanya sehingga tidak bisa saling berkunjung dan bertemu. Adapun ruh yang mendapatkan nikmat, yang dilepas dan tidak ditahan, dapat saling bertemu dan saling berkunjung serta saling berkumpul membincangkan apa yang mereka lakukan dahulu di dunia dan apa yang sedang dikerjakan penduduk dunia. Sehingga, setiap ruh berteman dengan ruh lain yang memiliki derajat amal yang sama.
Ruh Nabi Saw. berada di Ar-Rafîq Al-A’lâ (tempat tertinggi bersama kekasih-kekasih nan sangat mulia). Allah Swt. berfirman:
Dan siapa saja yang menaati Allah dan Rasul (Muhammad Saw.), mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS Al-Nisâ’ [4]: 69)
Kebersamaan yang dijelaskan dalam ayat tersebut berlaku di dunia dan di Alam Barzakh. Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya di tiga alam ini.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Manshur, dari Abu Adh-Dhuha, dari Masruq yang berkata, “Para sahabat berkata kepada Nabi Saw., ‘Tidak ada yang membuat kami berpisah darimu di dunia ini. Adapun ketika engkau meninggal, engkau diangkat di atas kami sehingga kami tidak melihat engkau.’ Lalu, Allah menurunkan, Dan siapa saja yang menaati Allah dan Rasul (Muhammad Saw), mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS Al-Nisâ’ [4]: 69).
Asy-Sya’bi berkata, “Seseorang dari kaum Anshar datang seraya menangis di hadapan Nabi Saw. Nabi Saw. bertanya, ‘Apa yang membuatmu menangis, wahai Fulan?’ Si Fulan menjawab, ‘Wahai Nabiyallah, demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh engkau adalah orang yang lebih aku cintai daripada keluarga dan hartaku. Demi Allah yang tiada tuhan selain Dia, sungguh engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri. Aku dan keluargaku ingat akan dirimu hingga membuatku menangis seperti ini sampai aku dapat melihatmu. Aku mengingat kematianmu dan kematianku. Aku tahu bahwa aku tidak akan dapat berkumpul denganmu kecuali di dunia ini. Sesungguhnya engkau lebih tinggi daripada nabi-nabi. Aku tahu jika masuk surga, aku akan berada di tempat yang lebih rendah dari tempatmu.’ Nabi Saw. tidak menjawab sepatah kata pun. Lalu, Allah menurunkan ayat, Dan siapa saja yang menaati Allah dan Rasul (Muhammad), mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh … hingga ayat ... dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui (QS Al-Nisâ’ [4]: 70).”
Allah Swt. berfirman:
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka, masuklah ke golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke surga-Ku. (QS Al-Fajr [89]: 27-30)
Maksudnya, masuklah ke kelompok mereka dan bersama dengan mereka. Ini adalah seruan yang disampaikan kepada ruh seseorang menjelang kematian.
Dalam hadis dari Abdullah bin Mas’ud mengenai Isra` Mi`raj, Abdullah bin Mas’ud berkata, “Ketika Nabi Saw. diperjalankan pada malam Isra`, Ibrahim, Musa, dan Isa bertemu. Mereka saling berbincang tentang Hari Kiamat. Mereka mulai bertanya kepada Ibrahim tentang Hari Kiamat, tetapi Ibrahim tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu. Lalu ditanyakan pada Musa, tetapi dia tidak pula memiliki pengetahuan mengenai hal itu. Hingga mereka sepakat untuk bertanya pada Isa. Isa menjawab, ‘Allah memberitahuku (tentang pertanda Hari Kiamat), selain waktu turunku ke bumi (adapun waktu turunku ke bumi tidak ada yang tahu selain Allah).’ Kemudian, Isa menyebutkan tentang keluarnya Dajjal. Dia berkata, ‘Aku lalu turun dan membunuhnya. Manusia kembali ke negeri mereka, lalu mereka disambut dengan kedatangan Ya‘jûj dan Ma‘jûj yang turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Setiap kali Ya‘jûj dan Ma‘jûj itu melewati air, mereka meminumnya. Dan setiap kali melewati sesuatu, mereka pasti menghancurkannya.
Manusia lalu menyeruku sehingga aku berdoa kepada Allah. Maka, Allah mematikan Ya‘jûj dan Ma‘jûj. Lalu, bumi mengeluh kepada Allah akan bau bangkai Ya‘jûj dan Ma‘jûj. Manusia mengeluh kepadaku. Aku berdoa dan Allah pun mengirimkan air dari langit. Air itu menghanyutkan jasad Ya‘jûj dan Ma‘jûj serta menenggelamkannya ke lautan. Lalu, gunung meletus, bumi menjadi rata. Allah memberitahuku, bila keadaan sudah begini maka Hari Kiamat itu bagaikan usia kandungan perempuan yang telah sempurna, keluarganya tidak tahu kapan waktu kelahiran tiba, siang ataukah malam.’” Hadis ini disebutkan oleh Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan yang lain.