Perjalanan Semusim

Rafael Yanuar
Chapter #18

Berita Cuaca

Catatan:

Bagian ini merupakan cacatan kaki pada bab Selembar Dunia. Boleh dibaca atau dilewatkan. Isinya ringkasan sejarah sebelum bagian kedua dimulai.


____


Bumi terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun lalu.

Melalui bukti fosil, kehidupan sederhana baru muncul sekitar 3,8 miliar tahun lalu. Bentuk kehidupan kompleks bahkan lebih muda lagi—sekitar 600 juta tahun lalu.

Karena berubah-ubah antara "zaman es keras" dan "zaman hangat subur", sebagian besar sejarah Bumi tidak menawarkan iklim yang ramah bagi manusia. Barulah, dalam sebelas ribu tahun terakhir, cuaca yang tenang dan stabil membuat kita berkesempatan keluar dari gua Zaman Batu, lalu menciptakan pertanian, menjinakkan hewan, membangun peradaban, mendirikan kota, dan akhirnya mengalami Pencerahan, Revolusi Industri, dan revolusi teknologi informasi. Para ahli arkeologi menamai periode ini Holosen.

Holosen menjadi satu-satunya keadaan Bumi yang mampu menyokong manusia memasuki dunia modern. Di kala Holosen, kita yang sekian lama hidup sebagai setengah pengembara, mendapatkan hutan, padang rumput, terumbu karang, sabana, ikan, mamalia, bakteri, mutu udara, tutupan es, suhu, ketersediaan air tawar, dan tanah produktif yang ideal. Jumlah CO2 di atmosfer, kadar keasaman dan terumbu karang di laut, tutupan hutan tropis sepanjang khatulistiwa, dan es di kedua kutub (untuk menyimpan kadar air dan cahaya Matahari) mendukung kita untuk hidup aman dalam iklim yang nyaman.

Holosen telah menjadi Era Taman Eden kita. Tetapi, tampaknya kita sedang mengusir diri dari taman itu. Barangkali tidak dengan tanpa sengaja.

 

***

 

Sejak Revolusi Industri, kita menyebabkan perubahan besar di dunia sehingga banyak cendekia berpendapat bahwa Bumi telah meninggalkan Kala Holosen, Taman Eden kita, lalu memasuki zaman geologis yang sama sekali asing: Kala Antroposen, atau "Era Manusia".

Kata Antroposen pertama kali dicetuskan Paul Crutzen, ahli kimia Belanda yang menerima Hadiah Nobel pada tahun 1995. Seandainya dia tidak menemukan efek senyawa kimia yang melubangi lapisan Ozon, barangkali lubang Ozon — yang membuka tiap musim panas di Antartika — akan bertambah dan meliputi seluruh Bumi, lalu menjadikan kehidupan di planet ini angan-angan belaka.

Antroposen adalah era ketika perilaku manusia mempengaruhi Bumi secara ekstrem. Manusia mengubah sepertiga hingga setengah dataran planet ini. Pabrik pupuk memproduksi lebih banyak nitrogen dari yang dihasilkan ekosistem darat secara alami. Perikanan mengambil sepertiga lebih produksi primer perairan laut dekat pantai. Sebagian besar sungai utama telah dibendung atau dialirkan. Kita mengubah komposisi atmosfer, mengasamkan laut, memunahkan amfibi, dan entah apa lagi. Dalam empat miliar tahun, barangkali manusia satu-satunya spesies yang tindakannya dapat mempengaruhi alam secara drastis.

 

***

 

Secara singkat, ada tiga babak dalam Kala Antroposen.

 

Babak pertama terjadi pada pertengahan abad ke-19. Bahan bakar fosil membuat beberapa negara di kawasan Atlantik mendapatkan kekuasaan dan kekayaan yang mendominasi dunia. Dalam beberapa puluh tahun saja, Eropa menjungkirbalikkan gaya hidup lama—termasuk menemukan mesin uap yang menggantikan tenaga manusia.

 

Babak kedua dihiasi berbagai macam kekerasan. Pada akhir abad ke-19, negara-negara dengan persediaan bahan bakar fosil, seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Rusia, dan Jepang, menentang dominasi Britania dalam industri. Saat persaingan memanas, negara-negara kuat mencoba melindungi pasar dan sumber pasokan. 

Pada 1914, persaingan berubah menjadi perang. Para pemerintah bersaing mengembangkan senjata yang makin lama makin merusak. Dua perang dunia yang berlangsung selama tiga puluh tahun menjadi tak terhindarkan. 

Pada 6 Agustus 1945, pesawat pengebom B-29 Superfortress AS terbang dari kepulauan Mariana di Pasifik, untuk menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima, Jepang. 9 Agustus 1945, senjata serupa dijatuhkan di Nagasaki.

 

Babak ketiga mencakup paruh kedua abad ke-20 dan awal abad ke-21. Empat dasawarsa sejak Perang Dunia II, manusia mengerahkan energi dan sumber daya dengan skala yang belum pernah ada. Dunia menamainya Era Percepatan Besar.

Sejak awal revolusi industri, dengan membakar bahan bakar fosil—batu bara, minyak, dan gas alam—manusia sudah menambah sekitar 365 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer. Akibatnya, konsentrasi karbon di udara jadi lebih tinggi dibanding delapan ratus ribu tahun terakhir. Bahkan mungkin lebih tinggi dibanding beberapa juta tahun terakhir. Dengan membakar simpanan batu bara dan minyak, kita mengembalikan karbon yang telah diikat Bumi selama puluhan sampai ratusan juta tahun ke udara. Dalam prosesnya, kita melakukannya dengan cepat. Sangat cepat.

 

***

Lihat selengkapnya