Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin

W. Soetisna
Chapter #1

Bab 1 : Berawal dari Api

Hawa panas begitu terasa di depan wajah mereka. Kedua belas perawat bergaun hitam dengan corak putih di lehernya itu berusaha mencari orang-orang yang masih bisa diselamatkan. Sayangnya hampir semua rumah di sini sudah musnah dilalap api.

“Apa masih ada orang di sini?” teriak seorang perawat.

Nyaris tidak ada suara lain yang bisa didengar selain suara api yang perlahan melalap bangunan yang terbuat dari kayu. Walaupun termasuk ke dalam Distrik Wallenstein Kota Telhi, desa ini masih terlalu jauh jaraknya dari pusat kota. Bantuan juga tak kunjung datang karena harus melewati hutan belantara yang cukup lebat.

“Ada seseorang di sini?” perawat lainnya kembali berteriak.

Meskipun bertaruh nyawa, para perawat ini rela melakukannya hanya untuk menyelamatkan orang-orang yang tersisa dari peristiwa mengerikan itu. Bau material yang terbakar bercampur dengan bau darah dan mayat, semuanya ada di tempat ini.

“Ini sungguh mengerikan,” gumam seorang perawat berambut perak.

Hanya berbekal peralatan seadanya tanpa senjata, para perawat ini berusaha menolong siapa saja yang masih hidup. Mereka seakan tak peduli seandainya masih ada penyihir musuh yang siap menyerang mereka kapan saja,

Di tengah ketidakpastian itu, terdengar suara seorang bayi yang tengah menangis dari arah jam dua. Sang perawat berambut perak itu sontak menghampiri suara tersebut, diikuti oleh dua perawat di belakangnya.

“Ini ...”

Benar saja. Terlihat sesosok bayi yang berusia kurang lebih satu tahun tergeletak di depan mereka. Sedangkan di belakangnya ada seorang wanita dewasa yang tertindih material bangunan. Tampak pula kobaran api yang mulai melahap semua benda yang ada di sekitarnya.

Dengan sigap ketiga perawat itu langsung berusaha menolong mereka berdua. Perawat berambut perak itu langsung menggendong sang bayi, sementara dua perawat lainnya berusaha mengeluarkan wanita itu dari tindihan material berupa tumpukan kayu tersebut.

“A-Anakku masih hidup ya? Syu-kurlah,” ucap wanita itu terbata-bata.

“Bertahanlah di sana, Nyonya. Kami akan segera menyelamatkan Anda," kata perawat berambut perak itu.

Seakan sudah pasrah, wanita itu hanya menggelengkan kepalanya lalu menjawab dengan suara pelan.

“Tidak. Se-lamatkan saja anakku. Waktu-ku akan segera tiba.”

“Anda bicara apa, Nyonya? Kami akan segera-”

Salah seorang perawat menyemangatinya sambil berusaha mengeluarkannya dari tumpukan kayu itu. Namun perkataannya terhenti setelah melihat sesuatu yang menyedihkan ada di depannya.

Tubuh wanita dewasa itu sudah dalam kondisi yang sangat kritis. Kaki kirinya patah, bahkan nyaris berputar 180 derajat dari posisi awalnya. Tidak hanya itu, perutnya juga terluka sangat parah. Darah segar sudah membasahi hampir seluruh tubuhnya.

“Nyonya ...”

Dengan kondisi yang seperti itu, nampaknya wajar saja kalau wanita dewasa itu sudah pasrah akan nasibnya yang tinggal menunggu ajalnya tiba. Tetapi lain halnya yang dipikirkan para perawat. Mereka terus menyemangati sang wanita dan mencoba mengeluarkannya dari tempat itu, walaupun kobaran api siap melahap mereka kapan saja.

Hampir satu menit berlalu dan tidak ada yang berubah dari kondisi genting itu. Sang ibu masih belum bisa dikeluarkan, sementara bayinya terus meronta dan menangis. Wanita dewasa itu lalu berucap kembali pada perawat berambut perak tersebut.

“Ku-mohon. To-tolong jaga anakku. Rawat di-a.”

Sang perawat berambut perak itu hanya menganggukkan kepalanya tanpa berucap sepatah kata pun, karena memang itulah tujuan dari mereka datang kemari, untuk menyelamatkan dan merawat orang-orang yang masih bisa diselamatkan. Sang ibu pun melanjutkan kata-katanya.

“Na-namanya adalah, A-Alisa Garbareva.”

Sang ibu menyebutkan nama dari anak tersebut. Namun saat mendengar namanya, sang perawat berambut perak itu langsung terkejut. Sebuah nama yang tampak tak asing baginya.

“Alisa Garbareva? Tunggu, Garbareva? Jadi Anda ini adalah-”

Belum selesai perawat itu berujar, sebuah pohon besar di samping wanita itu tumbang ke arah mereka.

“AWAS!!”

BRUKK ...

Lihat selengkapnya