Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin

W. Soetisna
Chapter #3

Bab 3 : Bukan Kembang Api

BOOM ...

Bola-bola api yang pecah di angkasa itu menghantam berbagai objek yang ada di permukaan tanah. Jalan, kebun, hingga rumah warga, semuanya terkena serangan itu dan terbakar hebat. Sirene kota pun berbunyi. Kedamaian dan ketenteraman itu langsung berubah menjadi ketakutan dan kepanikan.

“ADA SERANGAN!! ADA SERANGAN!!”

“TOLONG!! RUMAHKU TERBAKAR!!”

“Anakku, dimana anakku?”

Orang-orang berteriak dan berhamburan di jalanan, berlari ke sana kemari tak tentu arah. Termasuk para anak-anak yang ada di panti asuhan tersebut. Mereka menjerit dan menangis melihat suasana yang tiba-tiba berubah bak perang itu. Semuanya kacau, para perawat kewalahan menangani mereka.

Alisa dan Floria terpaku di tempat itu, hanya bisa melihat dan mendengar kepanikan yang ada di balik jendela.

“Apa, ini?”

Abraham dan kedua temannya yang tengah membeli sesuatu di kedai makanan itu juga tak luput dari kepanikan. Sambil melemparkan makanan yang telah mereka beli, ketiganya langsung kembali ke panti asuhan sambil berlari untuk menyelamatkan diri. Tetapi sayangnya, nasib buruk menghampiri mereka bertiga.

Tepat dari kegelapan di belakang mereka muncul sekelompok orang misterius yang mengenakan jubah hitam. Mereka berlari dengan sangat cepat ke arah Abraham dan kedua temannya. Dua orang dari mereka mengeluarkan sesuatu dari tangannya yang tak lain adalah sebuah belati.

“JANGAN!!”

Flo yang menyaksikannya sontak berteriak. Tetapi apa daya, jaraknya yang terlalu jauh tak bisa didengar oleh ketiganya.

Dua orang berjubah hitam itu langsung mengayunkan belatinya pada dua teman Abraham di belakangnya. Cipratan darah merah langsung keluar dari tubuh kedua anak itu. Mereka pun terjatuh dan tak bangun lagi.

Flo terpaku di sana dengan mulut menganga. Raut wajahnya terlihat sangat ketakutan. Ini baru pertama kalinya ia melihat peristiwa pembunuhan secara langsung tepat di depan mata kepalanya sendiri.

“Aghh ...”

Melihat kedua temannya yang sudah tak bernyawa, Abraham mempercepat larinya hingga sampai di depan gerbang panti asuhan.

“Ayo, Abraham!!”

Tak menghiraukan apa yang ada di belakangnya, anak laki-laki itu terus berlari demi menyelamatkan diri. Namun sayangnya, keberuntungan tak berpihak padanya.

Orang berjubah hitam di belakangnya langsung melompat cukup tinggi ke arah anak itu seraya mengayunkan belatinya. Tebasan senjata itu tepat mengenai leher Abraham, membuat kepalanya terpisah dari badannya.

Flo yang menyaksikan peristiwa mengerikan itu langsung menutup mata Alisa agar tak melihatnya.

“Jangan lihat, Alisa!!”

“Eh, Flo. Ada apa?”

Lihat selengkapnya