Perjalanan Waktu Adara

Nur Sugihartini
Chapter #1

Mimpi dan takdir

Hujan malam itu tak juga membuat pria yang berdiri di depan rumah untuk lekas masuk ke dalam. Tangannya tak henti menekan beberapa tombol angka pada benda pipih yang melingkar di pergelangan tangan, sementara matanya tak henti menatap gerbang depan berharap seseorang yang ia tunggu segera datang. Di balik jendela juga tampak sepasang mata cantik milik gadis kecil yang tengah merengek menunggu sang Ibu datang.

"Dek, Risa tidur sama ayah saja ya. Ibun nya lagi beli susu dulu buat Risa. Nggak apa-apa kan?"

Gadis kecil berusia 5 tahun itu menunduk, mengangguk walau tampak dipaksakan.

Haykal. Pria yang telah terbiasa berperan ganda dalam keluarga mereka. Ia tahu semenjak pernikahan ia dan sang istri, mereka berdua hanya berperan sebagai pasangan harmonis di saat acara keluarga saja.

Yap, karena perjodohan.

Entah apa yang ada dipikiran Adara, hingga ia akhirnya rela melahirkan seorang bayi cantik yang bahkan semenjak pertama kalinya melihat Dunia tak ada sedikitpun menerima pelukan serta kepedulian dari sang Ibu. Seperti halnya malam ini, lagi-lagi gadis kecil itu merengek merindukan perempuan yang melahirkannya. Meskipun Risa tak pernah mendapat pelukan, namun ia selalu terlihat bahagia begitu Adara pulang entah dari mana. Lantas berujung Haykal yang berusaha membujuk buah hatinya.

"Ra, habis dari mana? kenapa baru pulang? kasihan Risa." Ucap Haykal berusaha memegang pergelangan tangan istrinya.

Menghempas tangan Haykal "Bukan urusan kamu." Lantas berjalan menuju dapur.

"Ra, please. Kita ini udah 6 tahun nikah. Kamu itu sudah menjadi tanggung jawab saya."

"Stop ya. Sebelum nikah kan aku juga sudah bilang. Hubungan ini ada cuma karena perjodohan yang dipaksakan. Nggak usah saling mencampuri privasi dan urusan satu sama lain! Kita nikah bukan berarti hidup aku milik kamu!" Tukas Adara.

"Dan untuk urusan anak, Ayah dan Ibu yang menginginkan sementara aku cuma mewujudkan keinginan mereka, selebihnya bukan lagi menjadi urusanku."

Setelah itu Adara berlari ke dalam kamar, meninggalkan Haykal yang mematung mendengar kejujuran yang baru kali ini keluar dari mulut Adara. Kalimat yang sudah ia duga tapi tak disangka akan diucapkan secara langsung membuat dadanya terasa sakit dan sesak.

"Ternyata saya tidak memiliki peran apapun dalam hidup kamu, Ra."

Lihat selengkapnya