"Simbok mau membuat bancakan lagi? Minggu lalu kan sudah untuk acara bancakannya Ayu. Ini untuk siapa?" tanya Ratri sambil memperhatikan kesibukan Mbok Sum di dapur.
"Iya, benar. Sekarang ini bancakan untuk kamu, Nduk)*. Kalian kan berbeda weton, dino dan pasarannya jadi Simbok buatkan bancakan lagi," jawab Mbok Sum sambil tersenyum.
Weton adalah tanggal kelahiran menurut kalender Jawa. Dino merujuk pada hari kalender nasional sedangkan pasaran adalah hari dalam kalender Jawa. Pasaran ada lima hari yaitu Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Sehingga dalam masyarakat Jawa ada hari dan pasaran Minggu Wage, Senin Legi, dan seterusnya. Dan hitungan itu masih berlaku hingga sekarang.
"Simbok ... aku kan sudah dewasa. Tidak ada bancakan juga tidak apa-apa!"
"Maksud Simbokmu ... ini bancakan untuk calon anak keduamu," kata Mbok Sum tersenyum sambil menghampiri Ratri. Dia mengelus-elus perut Ratri dan memanjatkan doa keselamatan untuk calon cucu keduanya.
"Nah ... sebenarnya tidak perlu bancakan segala. Cukup dengan doa seperti yang Simbok panjatkan tadi." Ratri diam sejenak kemudian menghela napas panjang sambil membalas tersenyum.
"Apa Simbok tidak repot besok bulan depan harus membuat dua bancakan untuk kedua cucumu ini? Simbok kan sudah tua, takutnya nanti kecapekan," lanjut Ratri.
"Tidak, Nduk. Ini sudah tradisi. Tidak baik meninggalkan tradisi yang sudah turun-temurun. Dan sudah seharusnya kamu juga ikut membantu Simbok melaksanakan tradisi ini," bujuk Mbok Sum.
Ratri terdiam mendengar jawaban dan bujukan Simboknya. Dia memperhatikan semua uborampe)* yang harus disiapkan untuk sebuah ritual bancakan. Begitu banyak dan pating clekenik)* menurutnya. Ratri membayangkan seandainya dia mempunyai tiga atau empat anak bagaimana akan mempersiapkan itu semua.
Dalam satu bulan saja dia harus membuatkan bancakan untuk keempat anaknya yang mungkin saja sama wetonnya atau tanggal lahir, tetapi berbeda hari dan pasarannya. Karena bancakan ini diadakan berdasarkan dino dan pasaran kelahiran anak bukan pada wetonnya. Weton yang sama akan mempunyai dino pasaran (hari dan pasaran) yang berbeda-beda pada setiap tahunnya. Begitulah hitungan hari kelahiran di tradisi masyarakat Jawa.
"O, ya ... Nak Wibi mana? Tadi suamimu Simbok mintai tolong untuk mencari daun pisang," tanya Mbok Sum kemudian.
"Mungkin masih di kebon belakang, Mbok," jawab Ratri.