Perjanjian Ketiga

bomo wicaksono
Chapter #7

Hantu Muka Rata

"Jangan buru-buru periksa kandungan istrimu ke Rumah Sakit itu lagi!" Terdengar suara Mbok Sum keluar dari kamar tidurnya menuju ruang makan. Sepertinya dia tadi mendengar percakapan Wibi dengan Ratri. Dan mengharuskannya keluar menemui mereka berdua.

"Memangnya kenapa, Mbok?" tanya Ratri.

"Apa kalian ingin kejadian dulu terulang lagi? Sukerta itu masih mengikuti anakmu, apalagi jika harus kembali ke sana." Sejenak Wibi dan Ratri hanya bisa saling pandang.

"Apakah ini kolomengo lagi? Duh Gusti Alloh ... semoga tidak terjadi apa-apa dengan calon bayi dalam kandungan Ratri," kata Wibi dalam hati.

"Simbok ...? Kenapa Simbok berkata begitu?" tanya Ratri.

"Karena tempat itu telah memberi sawan)* pada anakmu," jawab Mbok Sum.

"Tapi besok Ratri mau ganti dokter lainnya, Mbok. Yang lebih berpengalaman," kata Wibi ikut memberi alasan.

"Sama saja! Selama masih di rumah sakit itu, anakmu dapat terkena sawan lagi. Karena sukerta itu masih ada."

"Sawan dari mana, Mbok? Rumah sakit itu kan terawat, bersih, dan tidak terkesan angker. Kecuali sawan dari penyakit-penyakit medis. Dan lagi jarak dari rumah ke rumah sakit itu relatif lebih dekat bila dibandingkan dengan rumah sakit lainnya, Mbok."

Wibi mencoba memberi penjelasan kepada Ibu mertuanya dan tetap pada prinsipnya bahwa kasus yang terjadi pada bayi dalam kandungan istrinya adalah murni kasus medis. Karena pada saat hari pantangan bepergian itu ada juga pasangan muda yang memeriksakan kandungannya dan calon bayinya sehat-sehat saja. Begitu juga dengan orang-orang yang mempunyai hajat pada saat itu tetap melakukan aktivitasnya.

"Rupanya kalian belum mengerti juga maksud simbokmu ini."

"Eee ... maksud Simbok bagaimana?" tanya Ratri.

"Sawan itu disebabkan oleh gangguan lelembut. Dan hanya bisa dihilangkan dengan pemberian sesajen! Tetapi selama ini kalian berdua tidak percaya dan tidak mau melaksanakannya juga," jelas Mbok Sum.

"Bukankah lebih baik begitu, Mbok? Kalau kami tidak percaya maka tidak akan berpengaruh apa-apa?" tanya Wibi.

"Bukankah ada gangguan dengan kandungan istrimu? Itu pengaruhnya, karena kalian tidak mau menebus kesalahan kalian dengan membuat sesajen untuk baurekso kampung ini," jawab Mbok Sum dengan tegas.

Lihat selengkapnya