Perjanjian Terlarang Mbah Karto dengan Iblis

muhammad haryadi
Chapter #4

Kehidupan Mewah yang Penuh Tanda Tanya

"Kebahagiaan yang dibeli dengan jalan singkat selalu membawa bayang-bayang yang tak bisa dielakkan."


Jawa Tengah, 1946

Mbah Karto pulang ke Jawa Tengah dengan perasaan campur aduk. Setelah bertahun-tahun hidup dalam kerasnya tugas militer, ia kini memiliki segalanya, rumah besar dengan arsitektur kolonial, perabotan mahal yang berkilauan, dan peti-peti penuh emas dan perak yang datang entah dari mana. Namun, saat memasuki rumah barunya, ada sesuatu yang terasa ganjil.

Rumah itu besar, tapi sunyi. Sepi yang tidak biasa. Bagas, anak pertamanya, berlari menyambutnya, memeluk erat dengan rindu yang tak terbendung. Mayang, istrinya, tersenyum hangat, meski ada sedikit kebingungan di matanya melihat perubahan drastis hidup mereka.

"Mas, dari mana semua ini?" tanya Mayang lembut, mengisyaratkan kemewahan yang kini mengelilingi mereka.

Karto terdiam sejenak. "Semua ini hasil kerja keras, Mayang," jawabnya pendek, menutupi kebenaran di balik kilauan emas itu.

Namun, sejak kepulangannya, Mbah Karto merasa bahwa ia tidak sendiri. Malam pertama di rumah itu, ia mendengar suara aneh—desis pelan seperti ular yang merayap di sudut-sudut rumah. Di balik cermin besar di ruang tengah, ia melihat kilatan mata kuning yang familiar, membuat bulu kuduknya meremang.

Ia mencoba mengabaikannya, berpikir bahwa mungkin ini hanya efek lelah setelah perjalanan panjang. Tapi suara itu semakin sering terdengar, dan sosok itu mulai terlihat lebih nyata.

Pada suatu malam, saat bulan purnama menggantung di langit, Mbah Karto terbangun oleh suara desis yang sangat dekat. Ia membuka matanya, dan di ujung tempat tidurnya, Ode Badha berdiri dengan gaun hijau keemasan yang berkilauan di bawah cahaya remang lampu minyak.

Lihat selengkapnya